Nasional

Benarkah Lailatul Qadar Hanya di Bulan Ramadhan?

Sel, 11 April 2023 | 14:00 WIB

Benarkah Lailatul Qadar Hanya di Bulan Ramadhan?

Lailatul Qadar. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Lailatul qadar adalah yang lebih mulia dibanding seribu bulan. Di dalamnya terdapat banyak keistimewaan, tetapi kapan lailatul qadar datang? Allah merahasiakannya. 
 

Nabi Muhammad dalam sebuah riwayat memberikan kisi-kisi bahwa lailatul qadar akan hadir pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan Sayyidah Aisyah pun menyaksikan Nabi Muhammad fokus beribadah dan mengisi malam dengan banyak ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan.  


Namun benarkah lailatul qadar hanya terjadi pada bulan Ramadhan saja? 


Di dalam artikel NU Online berjudul 'Apakah Malam Lailatul Qadar Hanya di Bulan Ramadhan?' Dosen Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hengki Ferdiansyah menjelaskan, sebagian besar ulama sepakat lailatul qadar hanya ada di bulan Ramadhan. Namun, sebagian ulama yang lain berbeda pandangan.


Perbedaan pandangan mengenai keberadaan lailatul qadar itu ditulis oleh Syekh Abdul Wahab As-Sya'rani dalam kitab Mizanul Kubra.


Syekh Abdul Wahab As-Sya'rani menegaskan, lailatul qadar terjadi di bulan Ramadhan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap bulan. Pendapat pertama ketat, sedangkan pendapat yang kedua lebih longgar.  


Hengki menjelaskan maksud dari keterangan yang diberikan Syekh Abdul Wahab As-Sya'rani itu. Ia mengatakan, argumentasi pendapat pertama sangat banyak atau ada banyak dalil yang menjelaskan bahwa lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan. 


Sementara argumentasi pendapat kedua atau pernyataan bahwa lailatul qadar bisa terjadi tiap bulan, bahkan tiap hari didasarkan pada ilham dan pengalaman spiritual.


Hengki kemudian menukil pendapat Syekh Ali Al-Khawwas yang menyatakan bahwa lailatul qadar terjadi setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah. Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan. 


"Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat 'Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadr' adalah malam pendekatan. Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar.” Pemahaman kelompok kedua terhadap lailatul qadar lebih umum daripada pendapat pertama. Mereka memahami bahwa lailatul qadar adalah setiap malam yang bias mendekatkan diri kita kepada Allah. Malam pendekatan itu tentu tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan, tapi juga bisa terjadi pada bulan lain," demikian kata Syekh Ali Al-Khawwas. 


Menurut Hengki, pemahaman kelompok kedua terhadap lailatul qadar lebih umum daripada pendapat pertama. Sebab mereka memahami lailatul qadar terjadi setiap malam yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah. Malam pendekatan itu tentu tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan, tapi juga bisa terjadi pada bulan lain.


Titik Temu


Hengki mencoba menarik titik temu dari dua pendapat yang berbeda mengenai kapan lailatul qadar terjadi. Menurutnya, perbedaan kedua pendapat tersebut ada pada pendefinisian lailatul qadar. 
 

Kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah malam pendekatan diri, maka itu bisa saja terjadi pada bulan yang lain, karena Allah selalu membuka pintu rahmat-Nya. 


Namun kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah malam yang lebih mulia dibanding seribu bulan, sebagaimana dipahami banyak orang, maka kemungkinan besar hanya terjadi di bulan Ramadhan.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF