Nasional

Berharap Ridho Ilahi, Banser Ini Komitmen Bantu Berdirinya Pesantren

NU Online  ·  Selasa, 6 Desember 2016 | 11:37 WIB

Berharap Ridho Ilahi, Banser Ini Komitmen Bantu Berdirinya Pesantren

Joko Suyoto (kiri) dan Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni (kanan) saat Susbanpim II. Foto NU Online/16

Batam, NU Online
Pria bertubuh sedang itu bernama Joko Suyoto. Ia alumnus Kursus Banser Pimpinan II PP GP Ansor. Berharap ridho Ilahi, Joko yang dilahirkan di Dumai, Riau, 10 September 1979 itu, berkomitmen dan aktif membantu mendirikan satu pesantren di Kota Batam, Kepulauan Riau.

“Pesantren Raudlatul Qur'an Batam berdiri pada 2001 merupakan embrio Pesantren Raudlatul Qur'an Jember, Jawa Timur yang berdiri 1997,” kata Joko, di Batam, Selasa (6/12).

Pesantren Rudlatul Qur'an Batam pertama kali menempati rumah sewa sebanyak tiga rumah untuk menampung santri putra, putri dan pengasuh beserta ustadz pengajar.

Seiring berjalan waktu, tepatnya pada 2002, pesantren itu mendapat lahan baru dari Gubernur Kepulauan Riau di era H Ismeth Abdullah untuk pendirian pesantren yang lebih baik.

“Namun karena kesulitan yang dihadapi Pesantren Raudlatul Qur'an pada tahun sama, 2002, menjadi Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Qur'an,” ujar anak keempat dari sembilan bersaudara itu.

Untuk menopang keberlangsungan pesantren sendiri, kata Joko yang mengabdi di Pesantren Raudlatul Qur'an sejak 2001 menambahkan, maka didirikanlah lembaga pendidikan.

“Alhamdulillah saat ini sudah ada Roudlotul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Insyaallah tahun ini membuka Madrasah Aliyah,” ujar Joko lagi.

Berdirinya Madrasah Aliyah merupakan tuntutan masyarakat. Maka Ustadzah Munawaroh Al Hafidz alumni Pesantren Nahdotus Subban Sayung, Semarang, Jawa Tengah selaku pengasuh sekaligus ketua yayasan mengikhlaskan ruang pengasuh dan santri mukim untuk dijadikan lokal Madrasah Aliyah dengan konsekuensi pindah di tempat baru.

Walau santri kalong, Joko dipercaya untuk mendirikan pesantren dengan hanya bermodalkan lahan yang ada. Dengan kerja keras dan kerjasama, saat ini pesantren sedang dalam pembangunan walau masih terseok-seok karena minim dana.

“Saya senang bisa memuliakan pengasuh dengan jalan meringankan bebannya, mulai dari mengurusi pengasuh, membantu memasak, mencuci pakaian dan mengurus putra-putra pengasuh termasuk santri. Dengan niatan semoga Allah ridho sebagaimana ridhonya pengasuh,” kata Joko yang memiliki motto mengabdikan hidup untuk ulama dan negeri itu. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)