Nasional

Bermain Gim sembari Belajar Legenda Toraja

Kam, 26 Desember 2019 | 09:30 WIB

Bermain Gim sembari Belajar Legenda Toraja

Muhajirin Saad saat memainkan gim buatannya di Youth Fair 2019 di Smesco Convention Center, Pancoran, Jakarta, Rabu (25/12). (NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Dunia digital sudah tidak lagi bisa dihindarkan oleh kalangan generasi muda. Hal ini membuat gawai atau alat komunikasi elektronik menjadi hal yang paling sering digunakan sehingga mereka cenderung kecanduan atau setidaknya karena tuntutan pekerjaan dan zaman harus selalu menggunakannya.

Melihat hal tersebut, Pendiri Inimih Creative Media Muhajirin Saad menyambutnya dengan membuat aplikasi permainan digital (gim) untuk anak-anak dan remaja tanpa menghilangkan jejak identitas mereka. Mengingat asalnya dari Sulawesi, ia pun membuat gim berlatar Toraja.

“Di dalamnya tidak hanya main gim tapi juga ada unsur cerita,” kata Muhajir saat ditemui NU Online di standnya saat Youth Fair 2019 yang digelar oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Smesco Convention Center, Pancoran, Jakarta, Rabu (25/12).

Gim tersebut ia beri nama Lakipadada Sang Pencari Keabadian. Lakipadada merupakan cerita legenda Tanah Toraja yang mencari keabadian dengan melewati berbagai rintangan di belantara hutan dataran tinggi berupa banyak ragam binatang, seperti anjing, tikus, dan babi.

Mahasiswa Jurusan Teknik Multimedia Jaringan Politeknik Negeri Ujung Pandang itu menjelaskan bahwa gimnya juga dibuat mengingat anak-anak saat ini yang semakin jarang atau malas membaca. Jangankan berlembar-lembar, beberapa paragraf saja sudah enggan. 

“Kita tahu sekarang ini kalau baca itu orang bosan,” katanya.
 
Membuat gim adalah caranya memfasilitasi mereka agar tetap mengetahui legenda cerita rakyat yang ada di daerahnya. Tentu saja Muhajir tidak asal buat. Ia mendasarkan pembuatannya tersebut pada buku dan naskah kuno yang telah ditulis oleh ahlinya. 

Tidak cukup dengan itu saja, ia pun memastikan visualisasi yang ada pada gim yang dibuatnya itu sesuai dengan buku dan bayangan para ahli. Ia mengajukan hasilnya kepada para ahli dan tokoh adat setempat.

Gim yang ia buat itu belum dipublikasi secara umum karena masih dalam tahap penyempurnaan. Ia berharap pertengahan tahun mendatang sudah dapat diakses oleh publik.
 
“Belum kita publish. Masih merevisi beberapa bagian dan menunjukkan ke orang-orang adat,” pungkasnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon