Nasional

Berpikir Rasional Diperlukan Agar Tak Terjebak Panik

Sab, 28 Maret 2020 | 21:00 WIB

Berpikir Rasional Diperlukan Agar Tak Terjebak Panik

Ilustrasi berpikir rasional

Jakarta, NU Online

 

Di saat semua orang dilanda kecemasan massal akibat wabah corona seperti saat ini, masyarakat mudah termakan informasi hoaks dan terjerumus kepada ujaran kebencian. Seperti saat sejumlah netizen mengomentari sebuah video yang berisi aparat keamanan di India yang melakukan penertiban terhadap warganya yang keluar rumah selama wabah corona dengan menggunakan bambu, termasuk pada muslim India saat keluar masjid selepas shalat Jumat.

 

Mendapati video, muncullah sejumlah pelintiran kebencian di antara warga internet yang mengatakan ‘betapa polisi India begitu membenci muslim di sana’, seperti yang diungkapkan netizen bernama akun Aksanbisri dalam sebuah percakapan di media sosial. Video ini membangkitkan memori kejadian akhir Februari lalu saat komunitas Muslim dianiaya di negara tersebut.

 

Kendati masih kecil, pelintiran demikian seharusnya diantisipasi bersama degan tetap menjaga akal sehat. Guru Besar Pemikiran Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Siti Musdah Mulia menjelaskan bahwa, di erga digital seperti saat ini masyarakat mudah tertipu dengan banyaknya informasi yang menyebar.

 

“Karena saat ini kita berada di era post-truth, di mana sebagian orang tidak percaya pada data yang valid, tetapi hanya percaya terhadap apa yang ingin dia percayai meskipun itu tidak benar. Padahal seharusnya apapun kata orang kamu harus tetap rasional,” jelas Prof Siti Musdah Mulia di Jakarta beberapa waktu lalu.

 

Ia mengatakan dalam keadaan demikian, diperlukan informasi dari sumber yang terpercaya dan memiliki otoritas atas sebuah informasi. “Pemerintah bisa mengimbau kepada masyarakat untuk tetap bersikap rasional dan tidak reaktif berlebihan. Tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama juga harus ikut serta untuk memberikan pengertian kepada masyarakat,” tuturnya.

 

Organisasi yang fokus pada pengecekan informasi, First Draft, menulis bahwa salah satu unsur yang memudahkan penyebaran hoaks adalah emosi yang berlebihan, termasuk perasaan panik, dan seterusnya.

 

Dalam keadaan demikian, lanjut keterangan First Draft, masyarakat mudah membagikan informasi tanpa berpikir terlebih dahulu dan berusaha mengecek kebenarannya. Sehingga, pelaku pembuat konten hoaks mendapat keuntungan dengan kepanikan dan emosi yang makin berkembang di dalam masyarakat.

 

Editor: Ahmad Rozali