Nasional

Bukan Hanya Sembelit, Ini 3 Risiko bagi Anak Kurang Makan Sayur

Rab, 25 Mei 2022 | 18:00 WIB

Bukan Hanya Sembelit, Ini 3 Risiko bagi Anak Kurang Makan Sayur

Bukan Hanya Sembelit, Ini 3 Risiko bagi Anak Kurang Makan Sayur

Jakarta, NU Online 
Pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Fahmy Arif Tsani menjelaskan, empat dampak negatif pada anak apabila kurang makan sayur.


Pertama, kurang gizi. Kurang makan sayur akan mengganggu pemenuhan zat gizi mikro atau mikronutrien tercapai dengan baik. Fahmy menegaskan, kurangnya mengonsumsi sayur sewaktu-waktu bisa menyebabkan defisiensi atau kekurangan zat gizi mikro pada tubuh. 


“Entah itu kekurangan vitamin A, yang itu prevalensinya tinggi di Indonesia kekurangan vitamin A pada anak di Indonesia, maupun kekurangan vitamin yang lain,” terang Fahmy dalam keterangan yang diterima NU Online pada Rabu (25/5/2022).


Kedua, defisiensi atau kekurangan mineral. Anak berpotensi mengalami defisiensi mineral tertentu yang terkandung dalam sayuran. 


“Kekurangan Fe (zat besi) misalnya, anak jadi anemia. Bayam yang tinggi Fe tentu akan menambah risiko anak itu terkena anemia jika jarang dikonsumsi. Karena defisiensi zat besi, tidak hanya vitamin itu tadi,” kata magister lulusan Gangneung-Wonju National University, Korea itu.


Ketiga, konstipasi atau sembelit. Kurang makan sayur juga meningkatkan risiko mengalami konstipasi. Hal ini karena rendahnya jumlah serat yang diterima tubuh dari sayuran. Padahal, lanjut Fahmy, serat memiliki peran penting dalam kesehatan pencernaan. 


“Karena sayuran juga sumber serat, maka asupan makanan anak itu jadi miskin atau rendah serat yang itu bisa berpotensi anak mengalami konstipasi atau susah BAB atau tekstur dari fesesnya itu keras sehingga kesakitan ketika buang air besar,” jabar Fahmy.


Keempat, obesitas atau kegemukan. Risiko lain dari kurang makan sayur adalah obesitas. Hal ini berkaitan dengan rendahnya jumlah serat yang masuk dalam tubuh. Fahmy menilai, sedikit serat yang diperoleh akibat kurang makan sayur menandakan densitas atau kepadatan kalori yang dikonsumsi tinggi. 


“Karena banyak karbohidrat, banyak lemak yang diasup otomatis akan terisi pada overweight atau obesitas,” jelas dosen di Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang tersebut.


“Karena tidak terbiasa mengonsumsi sayuran yang dimaksud adalah sumber karbonya sumber lemaknya begitu sehingga secara tidak langsung nanti akan meningkatkan risiko kegemukan,” tambahnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin