Nasional

Bukan Soal Kesetaraan Gender, Ketum PBNU Dorong Peningkatan Kualitas Peran Perempuan

Sab, 15 Oktober 2022 | 21:35 WIB

Bukan Soal Kesetaraan Gender, Ketum PBNU Dorong Peningkatan Kualitas Peran Perempuan

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan dalam konteks budaya masyarakat Indonesia saat ini, yang perlu dipikirkan lebih dalam adalah bagaimana meningkatkan kualitas peran perempuan. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai, dalam konteks budaya masyarakat Indonesia saat ini, jika hanya membicarakan tema kesetaraan gender kurang tepat.


"Yang perlu kita pikirkan lebih dalam saya kira, pertama-tama adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas peran dari perempuan itu sendiri," ungkapnya saat Pembukaan NU Women Fest bertajuk Perempuan NU, Berdaya dan Berkarya di Graha Pertamina Jakarta, Sabtu (15/10/2022).


Menurut Gus Yahya, hal itu juga dituntut oleh para pendahulu dari aktivis perempuan di lingkungan NU seperti Nyai Djuaesih yang menuntut kesetaraan hak atas pendidikan pada tahun 1938. Nyai Djuaesih ingin meningkatkan kualitas perannya, bukan soal bobot perannya.


Hal yang dibutuhkan, lanjut Gus Yahya, adalah kualitas peran itu sendiri, supaya peran itu bisa dilaksanakan secara lebih berkualitas.


"Dan terbukti, bahwa dengan pendidikan, pada akhirnya kita bisa memanen perempuan-perempuan dengan kualitas paripurna, dengan kemampuan paripurna, yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam masyarakat," ungkap alumnus Pesantren Krapyak, Yogyakarta, itu di depan ratusan perempuan NU.


Gus Yahya berharap, hal itu perlu dijadikan acuan sebagai arah ketika hendak membangun suatu paradigma perempuan di lingkungan Nahdlatul Ulama di masa depan.


Menurutnya, tidak ada perempuan Muslim punya peran lebih di belahan dunia Islam mana pun, melebihi peran dari perempuan-perempuan Nahdlatul Ulama.


"Silakan berkeliling di mana pun juga, tidak ada gerakan perempuan yang lebih kuat, sampai dengan menentukan dinamika masyarakat, melebihi gerakan di lingkungan perempuan Nahdlatul Ulama," ungkapnya diiringi tepuk tangan hadirin.


Karena itu Gus Yahya meyakini perihal bobot untuk NU sudah tidak terlalu masalah. "Masalahnya sekarang adalah, bagaimana kualitas dari peran itu terus meningkat di masa depan," ujarnya.


Pengasuh Pesantren Raudlatul Thalibien, Leteh, Rembang, ini berharap NU Women Fest akan membawa kepada masa depan kualitas perempuan yang lebih baik.


"Ini keyakinan yang sangat dalam kita: meningkatnya kualitas perempuan, akan menghasilkan meningkatnya kualitas peradaban. Insyaallah," pungkasnya


Sebelumnya, ketua panitia pelaksana satu abad NU Yenny Wahid dalam sambutanya memaparkan tiga program NU Women. Pertama, penguatan perlindungan perempuan dan anak. Kedua, penanggulangan dampak perubahan iklim. Ketiga, pemberdayaan perempuan NU secara ekonomi, sosial, politik maupun keagamaan.


Hadir dalam acara ini  Menteri BUMN Eric Thohir, Menteri PPPA Bintang Puspayoga, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, segenap ketua badan otonom perempuan di lingkungan NU, pengasuh pesanten dan tokoh perempuan NU.


Hadir juga secara virtual Ny Hj Shinta Nuriyah Wahid, Menlu Retno Marsudi, Representative & Laison to ASEAN Jamshed M Kazi (perwakilan UN Women, Badan PBB yang menangani masalah-masalah perempuan).


Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Kendi Setiawan