Nasional

Buku 'Refleksi Lintas Iman tentang Covid-19' Dibedah Puslitbang Kemenag

Kam, 2 September 2021 | 16:00 WIB

Buku 'Refleksi Lintas Iman tentang Covid-19' Dibedah Puslitbang Kemenag

Kepala Puslitbang BALK Balitbang Diklat Kemenag, Prof M Adlin Sila (kanan) berpose bersama narasumber bedah buku. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Jakarta, NU Online
Dalam sepekan, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kemenag kembali membedah buku. Kali ini kumpulan tulisan akademisi berjudul Virus, Manusia, Tuhan: Refleksi Lintas Iman tentang Covid-19 yang dieditori Dicky Sofjan dan M Wildan.


Kepala Puslitbang BALK Balitbang Diklat Kemenag, Prof M Adlin Sila, dalam sambutannya mengatakan bahwa acara berlangsung hybrid meeting (luring dan daring) dengan menerapkan protokol kesehatan lebih ketat.


“Bagi saya, virus Corona membuat masyarakat kita terpolarisasi dengan sangat hebat. Tuhan sang Maha Penyembuh dianggap tidak hadir di tengah-tengah kita. Umat beragama juga berkurang kadar keimanannya, karena semua tidak lagi berangkat ke tempat ibadah. Semua harus di rumah,” kata Prof Adlin dalam pembukaan bedah buku yang dihelat di Jakarta, Kamis (2/9/2021).


Pria asal Makassar ini dalam dalam kesempatan itu menyampaikan selamat sekaligus mengapresiasi karya para akademisi tersebut. “Secara khusus saya mengucapkan selamat kepada Mbak Fatimah Husein, senior saya di Australia,” ujarnya.
 

Baca juga: Buku 'Negara Rasional' tentang Pemikiran Ibnu Khaldun Dibedah Puslitbang Kemenag


Dari tim penulis, yang didaulat memaparkan isi buku adalah Fatimah Husein, Associate Director of Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogyakarta. Ia hadir melalui zoom meeting dari Yogyakarta.


Doktor jebolan Australia ini dalam paparannya mengatakan bahwa pandemi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan kita, mulai kesehatan, ekonomi, pendidikan, hingga keagamaan.


“Dan karena pandemi telah berlangsung 1,5 tahun, maka dampak di seluruh aspek tersebut semakin kita rasakan,” kata Fatimah mengawali paparan.


Ia mengatalan, pandemi Covid juga membuka kembali ketegangan antara agama dan sains. Di satu sisi ada ketidakpercayaan sebagian umat beragama terhadap virus, dokter, ilmuwan, dan di sisi lain ada anggapan dari sebagian ilmuwan bahwa umat beragama itu anti sains.


Percakapan lintas agama
Bagi ICRS, lanjut Fatimah, peristiwa ini sekaligus menjadi kesempatan untuk membuka percakapan lintas agama dan kepercayaan yang bermakna, yang tidak sekadar untuk memahami perbedaan atau mencari kesamaan, tetapi menghadapi tantangan bersama.


“Nah, percakapan itu diwujudkan dalam tulisan. Banyak tulisan telah dipublikasikan. ICRS menyumbang sebuah refleksi lintas iman dan lintas disiplin yang diperlukan dalam menghadapi tantangan bersama,” ujar Fatimah.


Mengingat hal tersebut, lanjut dia, ICRS menawarkan hasil refleksi teologis, filosofis, dan etis atas pandemi Covid-19 dalam bentuk buku ini dari berbagai pakar serta ahli di bidang dan komunitas keimanan mereka.


“Harapan kami, artikel-artikel itu mencerminkan tingkat yang lebih dalam dari sudut pandang teologi, filsafat, dan etika atau metafisika,” ujar Fatimah.


Bedah buku mengundang tiga pembahas, pertama, KH Cholil Nafis (Majelis Ulama Indonesia Pusat). Kedua, Prof I Ketut Ardhana (Universitas Hindu Indonesia). Ketiga, Supriyadi (Direktorat Bimas Buddha).


Diskusi yang dihelat secara luring dan daring ini dimoderatori Hj Anik Farida, peneliti senior Puslitbang BALK Balitbang Diklat. Pantauan NU Online, ratusan warganet turut serta menyimak dari zoom meeting.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan