Nasional

Cara Unik Kiai Hasyim Asy'ari Mencetak Tokoh Besar 

Ahad, 25 Agustus 2019 | 00:00 WIB

Cara Unik Kiai Hasyim Asy'ari Mencetak Tokoh Besar 

Gus Sholah di acara Harlah ke-120 Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim

Jombang, NU Online
Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur KH Salahudin Wahid menjelaskan cara kakeknya KH M Hasyim Asy'ari mencetak santri menjadi ulama besar. Sehingga bisa mendirikan pesantren-pesantren di daerah masing-masing saat kembali ke daerahnya.
 
Pernyataan ini disampaikannya saat memaparkan terkait perjalanan dinamika pendidikan pesantren di lantai tiga Aula Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng dalam rangka 120 Tebuireng, Jumat (23/8).
 
"Tebuireng diawali oleh Mbah Hasyim, dengan kepemimpinannya, kapasitasnya pada saat itu Mbah Hasyim membentuk sebuah kelompok yang dinamakan musyawarah yang kemudian dari kelompok inilah lahir tokoh-tokoh yang mendirikan Pesantren Lirboyo, Paiton, Darussalam, dan lain sebagainya," jelasnya.
 
Dijelaskan, setelah pendiri Pesantren Tebuireng KH M Hasyim Asy'ari wafat, kelompok musyawarah ini mati. Kevakuman ini hingga berlanjut pada masa kepemimpinan Kiai Karim Hasyim dan barulah tiba pada masa Kiai Abdul Kholiq Hasyim, musyawarah ini kembali hidup. Selanjutnya, lahirlah kembali tokoh-tokoh hebat dari Tebuireng.
 
"Yai Abdul Kholiq Hasyim yang menghidupkan kembali kelas musyawarah, ia memanggil santri Tebuireng Kiai Idris Kamali untuk menghidupkan kelompok ini. Hingga lahirlah dari kelompok ini murid-murid Kisi Idris yang besar kiprahnya, seperti Kiai Tholhah Hasan dan Kiai Ali Mustafa Yaqub," lanjut adik kandung Gus Dur ini.
 
KH Salahuddin Wahid mulai memimpin Pesantren Tebuireng pada tahun 2006 menggantikan Kiai Yusuf Hasyim. Tahun 2007, untuk mengembalikan ruh perkaderan Pesantren Tebuireng, Gus Sholah memutuskan untuk mendirikan Madrasah Muallimin. Madrasah ini khusus untuk mengkaji ilmu agama berbasis kitab kuning dan gratis.
 
Kemudian di tahun 2014, Pesantren Tebuireng mengambil sebuah langkah baru yang berbeda dengan mendirikan Pesantren Tebuireng Trensains, pesantren ini khusus mendalami sains bernilai keislaman. Pesantren ini didirikan di Ngoro, Jombang.
"Pesantren jelas telah memberikan sumbangsih yang besar, Tebuireng juga.
 
Gedungnya dulu jelek, tapi menghasilkan tokoh-tokoh yang luar biasa, sekarang gedung kita bagus, tapi ya, orangnya lumayan sih, tapi kita bisa lebih baik lagi," sindir Kiai Salahuddin.
 
Perkembangan Tebuireng sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1951, saat Kiai Karim mendirikan sekolah formal. Perubahan di Tebuireng semakin terlihat saat Kiai Yusuf Hasyim mendirikan SMP dan SMA pada tahun 1975. Dan di masa KH Salahuddin Tebuireng mulai mengembangkan cabang ke beberapa daerah. Hingga kini sudah ada 12 cabang Tebuireng di Jawa dan luar Jawa.
 
"Saya menyadari bahwa saya tidak sama dengan Mbah Hasyim, saya tidak sehebat Mbah Hasyim, karenanya saya mengandalkan organisasi untuk mewujudkan ini," bebernya.
 
Dalam mengelola Pesantren Tebuireng, Kiai Salahuddin mengaku memakai sistem manegemen yang lebih modern. Kekuatan tata kelola yang terencana dan tidak bergantung pada satu figur dalam mengurus pesantren.
 
Hal ini terlihat dari semakin tertata rapinya pengajian para santri, pembina santri, kamar, makan, dan sistem pembayaran pesantren. "Saya teringat kata-kata Pak Sujatmaka, pesantren itu bisa menjadi lembaga nomor 1 di Indonesia, dengan syarat diatur dengan manajemen  modern. Saya yakin kita bisa, selama kita yakin," pungkasnya.

Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Muiz