Nasional

Cerita Gus Rifqil Akhirnya Terjun Dakwah di Medsos: dari Ngeles hingga Izin ke KH Maimoen Zubair

Sel, 21 Februari 2023 | 17:00 WIB

Cerita Gus Rifqil Akhirnya Terjun Dakwah di Medsos: dari Ngeles hingga Izin ke KH Maimoen Zubair

Gus Rifqil Muslim Sayuthi. (Foto: Dok. NU Online)

Kediri, NU Online

Gus Rifqil Muslim Sayuthi saat ini menjadi salah satu generasi muda pesantren yang banyak dicari di media sosial. Konten kajian keislaman dengan ciri khas kitab kuningnya banyak berseliweran di youtube, tiktok, short youtube, instagram, dan media sosial lainnya. 


Namanya dan sang istri, Ning Imaz Fatimatuz Zahra (Ning Imaz) masuk dalam pencarian yang populer dari kalangan nahdliyin di platform media sosial. Ia berulang kali diundang secara khusus bersama sang istri dalam berbagai kegiatan.


Dalam ceritanya, Gus Rifqil pada awalnya tidak berniat menceburkan diri ke media sosial. Ia hanya berniat menyenangkan temannya yang ingin membuat konten di youtube.


"Dorongan teman-teman awalnya agar mau ngaji di youtube. Konten pertamanya tentang akhlak," jelas Gus Rifqil pekan lalu.


Pria kelahiran 8 Juli 1987 ini menambahkan, cerita awalnya mulai terjun dakwah dan ngaji di media sosial terjadi saat ia menempuh strata dua di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang setelah lulus dari Pesantren Sarang, Rembang.


Saat proses menyusun tesis inilah berulang kali teman-teman Gus Rifqil memintanya untuk membuat konten dakwah. Awalnya ia sempat kurang nyaman, saat itu Gus Rifqil berpikir kenapa ngaji didokumentasikan dan dipamerkan. 


Namun sang teman tak berhenti mendorongnya agar tidak hanya berdakwah secara offline saja, tapi juga online. Setelah wisuda, teman Gus Rifqil menagih kembali agar dirinya mau mulai rekaman.


"Ketika itu saya sempat ngeles dengan alasan ingin fokus tesis dulu, yang lebih tua, layak dan lebih 'alim masih banyak. Namun, teman-teman yang mengajak tersebut malah mengatakan jika mereka butuh tokoh muda untuk mengisi konten," imbuh pria asal Kendal ini.


Dikatakan, meskipun sudah berkenan memenuhi permintaan temannya, Gus Rifqil meminta waktu untuk izin terlebih dahulu ke KH Maimoen Zubair dan orang tuanya.


Dibesarkan di lingkungan Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah oleh ayahnya bernama KH Suyuthi Murtadlo membuat ia terbiasa dengan suasana keilmuan dan budaya unggah-ungguh pesantren sejak kecil.


Izin ke guru dan orang tua sebelum melakukan hal baru merupakan sikap dari seorang santri. Ketika itu hasil sowannya bagus dan barulah Gus Rifqil mulai rekaman video untuk youtube.


Konten pertamanya yaitu di youtube kedai teduh dengan tema adab. Tempat ngontennya di cafe atau warung kopi. Selanjutnya ia mulai mengisi youtube sendiri, meskipun akhir ini lebih banyak mengisi acara di akun orang lain. Namun, ia tetap aktif di instagram, kutipan kitab kuning tentang kehidupan ia jadikan sorotan di akunnya. 


"Konten pertama tersebut kita sowan kan ke Gus Mus, karena kiai yang aktif di media sosial. Sehingga paham betul permainan di media sosial. Gus Mus memberikan banyak masukan dan saran," ujarnya.


Ayah dari Ahmad Alzam Maimun ini memiliki akun instagram bernama @rifqilmoeslim dengan pengikut 134 ribu. Akun Twitternya yaitu @rifqilmoeslim. Pamflet kegiatan ilmiahnya sering dibagikan ke publik lewat instagram. Sehingga bisa diikuti oleh followers yang ingin gabung.


Setelah menikah dengan Ning Imaz pada 10 Maret 2022, kegiatan dakwahnya di media sosial semakin padat. Betapa tidak, sang istri juga cukup populer di media sosial. Ning Imaz memiliki akun instagram @imaz._ dengan pengikut 220 ribu. Ning Imaz kerap membagikan kajian khusus perempuan dan fikih perempuan.


Pasangan muda ini juga sering mengisi konten di youtube NU Online dengan berbagai temanya. Pembawaannya yang tenang dan jelas membuat penjelasannya mudah dipahami oleh masyarakat.


"Makin ke sini, saya berpikir, kita harus mau speak up, kalau tidak nanti media sosial diisi teman-teman yang ngawur tentang agama," pintanya.


Meskipun aktif di media sosial, Gus Rifqil selalu mengutamakan belajar sebelum dakwah. Baginya, kreator dakwah kreatif di media sosial harus memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni. Agar tidak sesat menyesatkan.


Gus Rifqil berpendapat, santri harus mengisi ruang-ruang digital, santri sebagai orang yang belajar agama punya tanggung jawab menjelaskan pemahaman agama yang benar ke publik. Kalau tidak, nanti ruang digital akan diisi oleh orang yang suka ngawur dalam bidang agama.


Jangan sampai hanya mengikuti tren dan ingin viral, minimal baca kitabnya benar, dalilnya dipahami dengan baik, memiliki nalar yang sehat, bacaannya banyak, memahami berbagai literatur, sehingga penyampaiannya bisa dipertanggungjawabkan.


Konten-konten yang dibuat jangan rancu, jelas dan tidak memancing perdebatan kusir. Diperkuat dengan sumber rujukan yang benar. Karena ada banyak konten kreator yang sengaja mencari sensasi agar ditonton banyak orang.


"Cuma bab dakwah di media sosial ini sebaiknya dibebankan ke santri yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni. Agar tidak sesat menyesatkan," tandas Gus Rifqil.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad