A. Syamsul Arifin
Penulis
Jakarta, NU Online
Haji mabrur tentu saja menjadi harapan umat Islam yang telah menyelesaikan semua rangkaian ibadah haji di tanah suci. Tahun 2024 ini, jamaah haji Indonesia mulai kembali ke tanah air secara berangsur-angsur dimulai pada Sabtu (22/6/2024).
Disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari bahwa balasan yang pantas bagi orang yang memperoleh predikat haji mabrur adalah surga.
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya, “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR Bukhari).
Dalam artikel yang ditulis Ustadz M Alvin Nur Choironi di NU Online menyampaikan, penyematan gelar haji mabrur memang hak prerogatif Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Tetapi, seseorang yang dapat meraih haji mabrur pasti memiliki ciri-ciri tersendiri.
Dia menyebut setidaknya ada tiga ciri orang bisa dikatakan haji mabrur. 1) Santun dalam bertutur kata (thayyibul kalam). 2) Menebarkan kedamaian (ifsya’us salam). 3) Memiliki kepedulian sosial yaitu mengenyangkan orang lapar (ith‘amut tha‘am).
Pernyataan ini didasarkan pada keterangan hadits Nabi yang menjelaskan tentang haji mabrur. Ustadz Alvin menyebutkan bahwa ada beberapa hadits Nabi yang memang secara spesifik menerangkan terkait ciri haji mabrur.
"Rasulullah saw juga pernah memberikan kisi-kisi tanda atau ciri-ciri bagi setiap orang yang mendapatkan predikat mabrur hajinya," tulis dia dikutip, Jumat (28/6/2024).
Salah satu hadits yang menerangkan terkait ciri-ciri haji mabrur sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.
قالوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ؟ قال: "إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya, “Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur? Rasulullah menjawab, memberikan makanan dan menebarkan kedamaian".
Dalam hadits lain berbunyi:
سئل النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya, “Rasulullah saw ditanya tentang haji mabrur. Rasulullah kemudian berkata, ‘Memberikan makanan dan santun dalam berkata.’ Al-Hakim berkata bahwa hadits ini sahih sanadnya tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.”
Menurut Ustadz Alvin, hadits itu memberikan pemahaman bahwa orang yang memperoleh predikat haji mabrur tidak hanya berdampak baik kepada dirinya sendiri, tapi juga dapat memberi efek besar terhadap masyarakat di lingkungannya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua