Nasional

Di Balik Penamaan Bulan Safar

Jum, 18 Agustus 2023 | 19:00 WIB

Di Balik Penamaan Bulan Safar

Ilustrasi bulan Safar. (Foto: Dok NU Online)

Jakarta, NU Online 
Awal bulan Safar 1445 H telah dimulai hari ini, Jumat (18/8/2023). Hal ini sebagaimana diikbarkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) melalui surat tertulis yang dikeluarkan pada Rabu (16/8/2023).


"Awal bulan Shafar 1445 H bertepatan dengan Jumat Legi 18 Agustus 2023 M (mulai malam Jumat) atas dasar istikmal," sebagaimana tertulis dalam Pengumuman Nomor : 040/LF–PBNU/VIII/2023 yang dikeluarkan pada Rabu (16/8/2023).


Di balik penamaan Safar bagi bulan kedua dalam kalender Hijriah ini, terdapat peristiwa yang melatarinya. Sebagaimana diketahui, Safar dalam bahasa Arafb memiliki arti kosong atau sepi. Imam Abul Fida Ismail bin Umar ad-Dimisyqi, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H) menjelaskan bahwa penamaan itu tidak lepas dari kekosongan atau kesepian perkampungan Arab di bulan tersebut.


“Di balik penamaan bulan Safar tidak lepas dari keadaan orang Arab tempo dulu pada bulan ini. Safar yang memiliki arti “sepi” atau “sunyi” sesuai keadaan masyarakat Arab yang selalu sepi pada bulan Safar,” tulis Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan, dalam tulisannya di NU Online berjudul Bulan Safar: Latar Belakang Nama dan Mitos Kesialan di Dalamnya yang dikutip pada Jumat (18/8/2023).


Sepi, menurutnya sebagaimana dikutip dari Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, dalam arti senyapnya rumah-rumah mereka karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian. 


Lebih jauh, Ibnu Manzhur (wafat 771 H), menyampaikan tiga alasan di balik penamaan Safar pada bulan setelah Muharram dalam tahun Qamariah itu, sebagaimana termaktub dalam kitab LisanulArab karya Muhammad al-Anshari. 


Alasan pertama tidak berbeda dengan penjelasan Imam Ibnu Katsir di atas. Kedua, orang Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanaman pada bulan Safar. Ketiga, pada Safar, orang Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong) karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab.