Nasional

Di Hardiknas, PBNU Soroti 'Revolusi Mental'

Kam, 2 Mei 2019 | 12:45 WIB

Di Hardiknas, PBNU Soroti 'Revolusi Mental'

Ketua PBNU, H Hanief Saha Ghafur

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan H Hanief Saha Ghafur menilai, revolusi mental atau pendidikan karakter yang didengungkan Presiden Joko Widodo sejak awal menjabat merupakan gagasan besar. Namun, gagasan tersebut dinilai tidak mampu diimplementasikan oleh para menterinya.

"Ketidakmampuan itu membuat kebijakan itu tidak terimplementasi dan tidak terdistribusi ke bawah," kata Hanief saat mengisi diskusi yang bertajuk 'Wajah Pendidikan Indonesia, Berkarakter Kah?' yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/5).

Hanief mengatakan, sejumlah kebijakan terkait revolusi mental yang selama ini telah dikeluarkan kementerian terkait tidak diikuti dengan dorongan yang kuat. 

Bagi Hanief, hal itu harus menjadi bahan evaluasi yang penting untuk kebijakan pemerintah ke depan karena revolusi mental dapat menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia. "Kebijakan (jangan hanya dibuat) di atas kertas, tetapi terdistribusi dan terimplementasi di dalam kelas, di dalam keluarga, di dalam pesantren, di dalam perguruan tinggi, dan itu harus terbangun dengan baik," terangnya.

Apalagi, sambungnya, jika Presiden Joko Widodo kembali terpilih, akan fokus membangun sumber daya manusia, setelah sebelumnya membangun infrastruktur di berbagai daerah. "Presiden sudah menyampaikan bahwa pada periode yang kedua 'saya akan memperkuat pembangunan manusianya'," ucapnya.

Diskusi yang diselenggarakan dalam rangka memeringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) itu juga dihadiir dua pembicara lain, yakni Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif PBNU dan Pengusaha Muda Witjaksono. (Husni Sahal/Muiz)