Diplomasi Islam Nusantara Bendung Dikotomi Muslim Baik dan Tidak di Barat
NU Online Ā· Jumat, 16 April 2021 | 10:35 WIB
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Dikotomi Muslim baik dan Muslim tidak baik berkembang di dunia Barat. Guru Besar Universitas Chuo, Tokyo, Jepang Hisanori Kato menyebut hal ini merupakan sesuatu yang berbahaya bagi perkembangan Muslim.
āDi dunia Barat, ada Muslim yang baik, ada Muslim yang tidak begitu baik. Itu menurut saya berbahaya,ā katanya dalam kegiatan Bedah Jurnal Islam Nusantara Edisi Kedua dan Diskusi Moderasi Beragama yang digelar Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Kampus Unusia, Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta, Kamis (15/4).
Di sinilah, menurutnya, penting untuk penyelenggaraan diskusi antarmuslim yang keras dan moderat, juga dengan antarumat beragama. Sebab, perbedaan pandangan merupakan keniscayaan yang tidak bisa dinafikan. Kato mengaku kagum dengan Gus Dur dan Abu Bakar Baāasyir yang saling menghormati pandangan masing-masing meskipun berseberangan.
āSaya sangat terkesan saat itu. Satu hal yang saya ingin saya tunjukkan,ā kata pria yang menamatkan studi magister dan doktornya di Australia itu.
Mengutip pernyataan Gus Ulil Abshar Abdalla, ia menyampaikan bahwa keindahan Islam itu dapat dilihat dari sejarahnya yang penuh dengan ketidaksetujuan. Diskursus Islam Nusantara yang menjadi perdebatan juga, menurutnya, dapat menjadi contoh bagi dunia.
āSaya kira, bisa diskusi dengan orang tidak menerima Islam Nusantara. Islam Nusantara juga menjadi tempat diskusi. Ini bisa menjadi contoh di dunia. Ini sangat penting,ā katanya.
Lebih lanjut, Kato menjelaskan bahwa agama sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sejarah, dan pola pemikiran. Ia mencontohkan agama Buddha yang dibawa 2.500 tahun lalu dan Nasrani yang dibawa Yesus masih sama dengan sekarang. Hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan.
Ā
āItu berarti bahwa Islam Nusantara sangat memperlihatkan makna gerakan agama di Indonesia,ā katanya.
Senada dengan Kato, Guru Besar Universitas Emori, Amerika Serikat, James B.Ā Hosterey juga menyampaikan bahwa istilah Muslim baik dan tidak baik berkembangan di Barat. āMereka selalu mencari Muslim baik. Dengan membuat gagasan Muslim baik, selalu ada di belakang yang namanya teroris ekstremis,ā katanya.
Oleh karena itu, diplomasi soft power Islam Nusantara, menurutnya, penting untuk terus digaungkan. Selama ini, NU terus berupaya melalui keikutsertaannya dalam berbagai kesempatan di luar negeri dan penyelenggaraan forum internasional untuk mengampanyekan Islam Nusantara, seperti ISOMIL tahun 2016.
āKalau Jurnal Islam Nusantara akan makin menarik artikel yang berkualitas tinggi, maka Islam Nusantara harus menjadi objek studi,ā ujarnya.
Jurnal Islam Nusantara ini tersedia secara daring dalam format PDF. Jurnal ini dapat diunduh secara gratis melalui laman berikut http://journal.unusia.ac.id/index.php/ISLAMNUSANTARA
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
3
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
4
RMINU Jakarta Komitmen Bentuk Kader Antitawuran dengan Penguatan Karakter
5
Innalillahi, A'wan Syuriyah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Wafat
6
Pesantren Jawaban Kebutuhan Pendidikan Karakter dalam Dinamika Kota Global
Terkini
Lihat Semua