Nasional

Ekonom Jelaskan Penyebab Meroketnya Harga Telur hingga Dampak Kenaikan BBM

Sel, 30 Agustus 2022 | 08:00 WIB

Ekonom Jelaskan Penyebab Meroketnya Harga Telur hingga Dampak Kenaikan BBM

Pedagang telur ayam di sebuah pasar di Bekasi, Jawa Barat. (Foto: NU Online/Suci Amaliyah)

Jakarta, NU Online

Beberapa hari terakhir masyarakat sedang dirundung permasalahan kenaikan harga, mulai dari kebutuhan pokok khususnya harga telur yang meroket, hingga rencana kenaikan harga BBM. Hal ini banyak disangkut pautkan oleh masyarakat.

 

Menanggapi kenaikan telur dengan kabar rencana kenaikan BBM, Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB), Jaenal Effendi menuturkan kenaikan harga keduanya sejauh ini tidak memiliki keterkaitan langsung.


“Terkait kenaikan harga telur adalah akibat permasalahan sistem peternakan kita yang belum sepenuhnya terintegrasi antara hulu dan hilir. Di sisi hulu, bahan baku pakan ternak yaitu jagung masih tergantung pada impor. Saat ini harga komoditas internasional sedang mengalami kenaikan, termasuk jagung,” paparnya saat dihubungi NU Online, Selasa (29/9/2022).


Menurut Jaenal kenaikan harga jagung sebagai bahan baku pakan ayam akan mendorong kenaikan harga pakan dari ayam petelur. Ini menyebabkan harga telur melambung.


“Perlu kita catat bahwa sekarang ini jagung tidak termasuk komoditas strategis yang dimonitor pergerakan harganya oleh tim pengendali inflasi daerah dan tidak tercatat di pusat informasi harga pangan strategis. Hal ini karena konsumsi jagung yang langsung dilakukan oleh masyarakat relatif kecil,” jelasnya.


Sehingga, lanjutnya, bobot langsungnya terhadap indeks harga konsumen menjadi kecil. Namun di sisi lain jagung merupakan komoditas strategis sebagai bahan baku pakan ternak. Maka jika harga tidak stabil dan mengalami kenaikan akan menjadikan kenaikan harga produk peternakan, terutama telur dan daging ayam.


“Sejatinya pemerintah melihat ini secara komprehensif, tidak hanya bersifat parsial. Swasembada jagung ke depan menjadi hak yang perlu didorong, meskipun bukan menjadi bahan makan yang langsung dikonsumsi oleh masyarakat,” ungkapnya.


Ia mengungkapkan perlunya pemerintah mendorong kemandirian di sektor pangan dan energi, agar tidak lagi rentan jika terjadi gejolak harga internasional.


“Pemerintah tetap harus melakukan sudah secara rutin untuk mengontrol harga kebutuhan pokok di pasar-pasar, karena itu menyangkut hajat hidup masyarakat, khususnya bagi kementerian terkait agar sering melakukan sidak,” paparnya.


Ia berharap agar pemerintah dapat menahan diri untuk tidak menaikkan harga komoditas yang berada di bawah kendalinya, seperti BBM. “Jika harga BBM dinaikkan maka akan semakin memperberat beban masyarakat,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati

Editor: Fathoni Ahmad