Nasional

Esensi Haul Pangeran Diponegoro

Rab, 13 Januari 2021 | 23:00 WIB

Esensi Haul Pangeran Diponegoro

Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud mengagendakan peringatan wafat atau haul Pangeran Diponegoro Jumat (15/1) lusa. Haul Pangeran Diponegoro akan diisi dengan bedah buku Jejaring Ulama Diponegoro Kolaborasi Santri dan Ksatria Membangun Islam Kebangsaan Awal Abad Ke-19 karya  Zainul Milal Bizawie.

 

"Buku yang memuat perhelatan, karya-karya dan sumbangsih besar Pangeran Diponegoro terhadap Indonesia," kata Kiai Marsudi dalam tayangan Kenapa Harus Ada Haul Pangeran Diponegoro, Rabu (13/1).

 

Pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchuwah, Kedoya, Jakarta Barat ini mengingatkan Pangeran Diponegoro lahir 11 November 1785 dan wafat 8 Januari 1855. Pergerakan Diponegoro 1825 sampai 1830. Selama lima tahun bisa memporak-porandakan jaringan VOC Belanda dengan memperkuat relasi dan hubungan jejaringnya dengan para kiai pondok pesantren dan tokoh tarekat di Nusantara. 

 

"Pangeran Diponegoro kita haulkan, agar kacang jangan lupa anjaranya. Artinya, pepeling agar kita selalu ingat sejarah siapa saja mereka yang menjadi stakeholder bangsa. Pendiri Republik ini, Pangeran Diponegoro adalah salah satunya. Ini alasan pertama," kata Kiai Marsudi.

 

Alasan kedua, haul Diponegoro diperingati agar kita terus bersyukur kepada Allah SWT karena telah diwarisi oleh para pendahulu kita berupa negara ini. "Kalau kita mau bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatnya, menambahkan nikmat di bangsa ini tidak lain adalah menjaga negara ini, jaga bangsa dan NKRI. Karena sesungguhnya dalam haul ini untuk menjaga warisan bangsa," ungkapnya. 

 

Menjaga warisan bangsa adalah suatu keharusan dan kewajiban menurut syariat karena sesungguhnya menjaga negara, bangsa adalah keharusan tujuan untuk syariat. "Ini inti dari diadakannya haul Pangeran Diponegoro, penting dan sangat penting," imbuhnya.

 

Sementara itu Zainul Milal Bizawie mengungkapkan Pangeran Diponegoro telah membangun fondasi Islam kebangsaan di Indonesia. "Ini paling utama. Analis-analis sejarawan selama ini menganggap Pangeran Diponegoro hanya kecewa. Tidak, bukan itu perjuangannya, tetapi Pangeran Diponegoro ingin membangun masyarakat lintas kerajaan," kata dia.

 

Milal menjelaskan, perjuangan Pangeran Diponegoro tidak hanya di Jawa, tapi sudah menusantara. Ini menjadi pijakan awal untuk menggeser pergerakan bukan pada tahun 1908, tapi justru waktu Pangeran Diponegoro menggelar perang di Jawa. "Ini diakui oleh Pangeran Hendric saat itu dari Belanda ketika dia mengunjungi pembuangan Diponegoro di Ujung Pandang, Makassar," jelas Milal. 

 

Pangeran Hendric mengatakan ini kesalahan Belanda menangkap Pangeran Diponegoro karena 100 tahun lagi akan ada perjuangan besar yang akan dikomandoi dari para penerus yang tidak akan bisa dihentikan oleh siapa pun. "Dan itu terbukti setelah satu abad dibuktikan dengan perang kemerdekaan Resolusi Jihad Hadratussyekh Hasyim Asyari," kata Milal.

 

"Satu abad setelah itu kita akan memperjuangkan kembali apa yang dilakukan oleh Hadratussyekh Hasyim Asy'ari mengumpulkan jaringan Diponegoro untuk membangun, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Maka satu abad yang diprakarsai oleh Kiai Marsudi ini kita akan mengumpulkan kembali jaringan Hadraussyekh Hasyim Asy'ari, jaringan Diponegoro untuk membuat Indonesia jaya lagi," ungkapnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan