Nasional MQKN 2023

Expo Kemandirian Pesantren MQKN 2023, dari Kitab yang Populer hingga Kuliner

Sen, 17 Juli 2023 | 12:00 WIB

Expo Kemandirian Pesantren MQKN 2023, dari Kitab yang Populer hingga Kuliner

Expo kemandirian pesantren. (Foto: tangkapan layar

Lamongan, NU Online

Tenda berwarna putih beratap limas, berjajar dengan rapi. Baju bertuliskan MQKN 2023 penuh warna-warni menggantung dan menghampar di bawah tenda itu. Aneka kuliner juga menggoda untuk dinikmati. Deretan lampu menyala di malam yang cerah. Itulah gambaran suasana Kemandirian Pesantren Expo, yang menjadi salah satu kegiatan Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) 2023 di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan yang dilaksanakan 10-18 Juli.


Sejak awal dibuka, stand tidak pernah sepi oleh pengunjung, terutama malam hari. Bukan hanya dari peserta saja yang berburu oleh-oleh, tetapi juga masyarakat umum. Mereka berburu oleh-oleh mulai dari baju, produk karya kerajinan, kitab kuning, buku, dan lain sebagainya. Terdapat berbagai stand yang berisi produk-produk dan usaha di bidang bisnis yang dikembangkan oleh pondok pesantren dari berbagai penjuru Indonesia dan Usaha Mikro Kecil Menengah.


Muhammad Harits (23) datang ke Pesantren Sunan Drajat Lamongan bersama dengan temannya Abdul Muiz (23) dari Gresik, Jawa Timur. Mulanya, ia melihat poster di Jalan sewaktu main ke temannya di Lamongan. Lalu, ia pun meniatkan diri untuk mengunjungi perhelatan MQKN 2023, bersama dengan temannya.


Harits mengaku kaget, sebab bukan hanya perlombaan saja yang ada di MQKN, tetapi juga ada Kemandirian Pesantren Expo. Stand-stand di dalamnya sangat lengkap, bukan hanya ada baju, tetapi juga kitab kuning.


“Tadi berangkat dari Gresik jam 8, sampai sini jam sembilanan. Tadi baru dari Expo Pesantren, lihat-lihat. Ini mau keliling dulu melihat perlombaan, nanti kalau pulang, Insyaallah akan beli untuk oleh-oleh,” ujarnya pada Ahad (16/7/2023)


Kitab karya kiai dan santri

Pada stand Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif), mereka menjual produk dari pendidikan diniyah formal sekitar, di antaranya dari kitab karya para kiai, kitab-kitab kuning yang dicetak berapa jilid.


“Ini kurang lebih yang dijual di sini kurang lebih 30 judul kitab, kitabnya yang biasa digunakan seperti Syarah Fathul Qorib, Syarah Ta'lim wa Muta'alim, itu yang sudah sangat masyhur. Nahwu sharafnya juga banyak, yang istimewa ini ada beberapa kitab karangan syekh yang terkenal yaitu Senori tuban, namanya Abul Fadhol bin Abu Suhud dari Senori Tuban. Beliau banyak mengarang kitab yang terkenal Syarah Tabaarih tentang Shalat Tarawih,” ujar Koordinator Perwakilan Aspendif Ramdan pada Selasa (11/7/2023) malam.


Selain itu, pihaknya juga menyediakan kitab hasil hasil pemikiran seperti, peta dari Andalusia, kitab-kitab kumpulan masail. “Untuk penjualan sangat baik sekali, bahkan di hari pertama ini  kitab-kitab yang termasuk jarang ini sudah sold out untuk hari pertama. Yang paling banyak Mbah Syekh Fadhol karena sangat unik sekali kitabnya dan masuk tabarukan, karena masih pakai tulisan asli beliau  dari ulama yang sangat terkenal,” imbuhnya.


Ia berharap bahwa kegiatan semacam Kemandirian Pesantren Expo, bisa dilaksanakan di beberapa event yang akan datang, dan merangkul berbagai macam pihak-pihak pesantren.


“Harapannya tentunya mudah-mudahan kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan kembali di beberapa event yang akan datang dengan merangkul berbagai macam pihak-pihak pesantren, asosiasisasi pendidikan, pihak-pihak lain yang tentu juga tujuannya untuk memajukan menyiarkan dari Islam yang rahmatan lil alamin,” pungkasnya. 

 

Dayah MUDI Masjid Raya (Mesra), Samalanga, Bireuen, Aceh juga menjadi salah satu pesantren dari 35 pesantren yang mengikuti Kemandirian Pesantren Expo. Dalam kegiatan tersebut, Dayah MUDI menampilkan kitab yang ditulis oleh para santrinya sendiri dan diterbitkan sendiri.


“Kalau ini sampai 20 kitab ini kalau kolaborasinya, paduan. Pengasuh  mendorong santrinya untuk mengarang kitab. Ini dari mertua beliau, Kitab Malhudlat, karya Abdul Aziz bin Muhammad Saleh beliau punya karangan sewaktu di tempat gurunya di Aceh Selatan. Secara umum di Mudi itu ditekankan pada fiqihnya, karena fiqihnya semenjak masuk pesantren dipelajari pagi, malam, sampai di ruang guru,” ujar Musthofa Kamal Al-Bayuni, Pendamping Santri MQK, Ketua Lajnah MUDI.


Kitab lain yang dijual di antaranya ada Kitab Tashilut Thullab, yang merupakan kitab tentang metode cepat belajar kitab kuning yang disusun oleh Bidang Kurikulum Bagian Pendidikan LPI MUDI.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman