Nasional

Fakta-fakta Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Sen, 26 April 2021 | 15:50 WIB

Fakta-fakta Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Anggota TNI AL melakukan penghormatan ketika kapal selam KRI Nanggala-402 tiba di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012) silam. Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Jakarta, NU Online

Tenggelamnya KRI Nanggala 402 mengundang keprihatinan banyak pihak. Musibah tersebut juga menambah daftar panjang perlunya evaluasi menyeluruh terhadap alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki oleh Indonesia. Padahal anggaran alutsista di Kementerian Pertahanan RI termasuk yang paling tinggi.


Setelah hilang kontak sejak Rabu (21/4), KRI Nanggala 402 akhirnya dinyatakan tenggelam di perairan laut utara Bali, Sabtu (24/4). 53 anggota TNI AL dinyatakan meninggal dunia bersamaan tenggelamnya kapal selam tersebut.


Berikut fakta-fakta terkait tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan bagian utara Pulau Bali:


1. Kapal Produksi Jerman tahun 1979


Diketahui bahwa KRI Nanggala 402 merupakan kapal selam produksi Jerman tahun 1979 atau sudah berusia 41 tahun. Terakhir, kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh pada tahun 2012 silam selama 24 bulan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan, termasuk pembaruan mesin.


Setelah itu, kembali memperkuat Armada TNI AL dengan sistem manajemen tempur dan operasi kapal yang diperbarui memakai sistem teknologi digital dari Norwegia.


2. Penyebab tenggelamnya kapal


Awalnya, KRI Nanggala 402 hilang kontak diduga karena terjadi black out atau mengalami mati listrik total pada saat latihan penembakan torpedo. Belakangan, TNI menetapkan status KRI Nanggala 402 menjadi sub sink alias karam karena diduga retak saat tenggelam di perairan Laut Bali, Rabu pagi (21/4/2021). Dugaan itu berdasarkan temuan tumpahan oli dan sejumlah barang, yang seharusnya berada di dalam kapal.


3. Bantuan Negara Lain


Butuh waktu tiga hari untuk menemukan bangkai KRI Nanggala 402 di kedalaman laut 835 meter. Itu berhasil berkat bantuan Singapura dengan kapal MV Swift Rescue-nya. Bala bantuan juga datang dari  Pesawat P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Pencarian juga melibatkan kapal HMAS Ballarat dan HMAS Sirius dari Australia.


KRI Rigel-933 dari Pusat Hidro-Oseanograf TNI AL juga dikerahkan dalam pencarian tersebut. TNI telah mengerahkan 21 KRI yang sebagian besar memiliki daya deteksi sonar untuk memetakan situasi di kedalaman dan dasar laut.


4. Terbelah menjadi tiga bagian


KRI Nanggala-402 tenggelam di kedalaman 835 meter dan terbelah menjadi tiga bagian. TNI AL akan tetap melakukan prosedur pencarian dan pengangkatan kapal. Pencarian dilakukan dengan mengerahkan puluhan armada kapal serta bantuan dari negara sahabat.


5. Seluruh awak kapal gugur


Panglima TNI memastikan bahwa 53 kru kapal selam KRI Nanggala 402 dinyatakan gugur. Kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata. Kapal hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo.


6. Fakta-fakta lain


Terkait fakta KRI Nanggala 402, Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin juga mengungkapkan sejumlah hal. Dalam keterangan persnya, Hasanuddin mengatakan bahwa KRI Nanggala 402 pernah menjalani retrofit atau penambahan komponen pada 2012 yang menghabiskan anggaran sekitar USD 75 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun sesuai kurs saat itu.


Pada tahun yang sama, kata dia, kapal selam buatan Jerman itu melakukan uji penembakan torpedo. Namun, penembakan itu gagal dilakukan. Saat itu torpedo tidak bisa diluncurkan akibat sistem penutupnya bermasalah. Peristiwa itu mengakibatkan 3 prajurit TNI AL gugur.


Mantan sekretaris militer kepresidenan itu pun menyarankan agar kapal selam sejenis milik TNI AL, KRI Cakra 401, dikandangkan (grounded) untuk sementara.


Mantan dosen Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) itu mengaku mendapat informasi tentang KRI Nanggala yang diduga tidak membawa oksigen gel tetapi tetap diperintahkan berlayar.


Hasanuddin juga menyoroti jumlah kru KRI Nanggala 402 yang melebihi kapasitas. Menurutnya, jumlah maksimal kru kapal selam itu semestinya hanya 38 orang.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan