Jakarta, NU Online
Gairah keagamaan generasi milenial semakin meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan gerakan keagamaan Nahdliyin yang menyasar mereka.
"Kehadiran kita di mahasiswa dan pelajar semakin penting," kata Direktur Alvara Research Center Hasanuddin Ali saat memberikan materi pada workshop NU Millenials di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (29/11).
Hasan menemukan bahwa mahasiswa di kampus negeri, khususnya di fakultas ilmu alam itu paling rawan terpapar atau terpengaruh radikalisme. Oleh karenanya, pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor itu menegaskan bahwa Nahdliyin harus akrab dengan para milenial. Artinya, memahami tren terkini, komunikasi juga menggunakan bahasa mereka.
"NU juga harus mengerti dan mampu beradaptasi dengan karakter manusia kelahiran 1980 sampai 1995 itu. Mereka lebih kreatif, terkoneksi, dan memiliki kepercayaan diri," ujarnya.
Pria alumnus Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) itu mengungkapkan bahwa NU merupakan organisasi yang sampai saat ini tetap bertahan dengan jumlah anggotanya. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan NU dalam beradaptasi dengan zaman.
"Kuncinya NU bertahan paling pandai beradaptasi dengan zaman," ujarnya.
Workshop yang dipandu oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Ulil Abshar itu juga menghadirkan Komisaris Telkomsel Yose Rizal dan Sekretaris Jenderal PBNU H Helmi Faisal Zaini sebagai pembicara. (Syakir NF/Muiz)