Nasional

Generasi Muda Harapan Mewujudkan Indonesia Maju

Sab, 30 September 2017 | 14:55 WIB

Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) Abdul Ghopur menyatakan, untuk mewujudkan Indonesia maju, sekarang banyak orang menaruh harapan yang tinggi pada generasi penerus bangsa, para remaja Indonesia milenial. 

“Bangsa ini memimpikan Indonesia yang baru, yang harus lebih baik dari masa lalu. Tetapi jelas bahwa pemerintah saja tidak dapat memenuhi impian rakyat,” ujar Ghopur saat dikonfirmasi NU Online usai melakukan Dialog Interaktif Kebangsaan bersama para siswa SMAN 26 Jakarta, Jumat (29/9).

Untuk mewujudkan mimpi ini, lanjut Ghopur, semua orang khususnya orang-orang muda ini harus aktif dan konsisten dalam upayanya mewujudkan mimpi bersama ini, dan pada saat yang sama, harus mengubah sikap mereka sendiri.

“Sebab, sebagian besar orang atau remaja, sementara bermimpi tentang sebuah Indonesia baru, tetapi masih memiliki cara berpikir yang sama dan memiliki sikap yang sama seperti di masa lalu,” terang intelektual muda NU ini.

Alih-alih melakukan perubahan, malah banyak remaja sekarang memiliki kecenderungan untuk mengambil jalan pintas, mereka hidup hanya untuk saat ini dan hanya berpikir tentang hidup mereka sendiri, tanpa melakukan terobosan-terobosan baru yang kreatif, dan hanya memanfaatkan peluang sesaat tanpa melalui proses yang panjang alias pragmatis. 

Mereka, imbuh Ghopur, tidak memiliki pandangan jauh ke depan alias tidak visioner. Mungkin, mereka berpikir proses itu akan memakan waktu cukup lama untuk mewujudkan impian. 

“Sehingga, para remaja ini menginginkan solusi cepat,” ucap penulis buku Quo Vadis Nasionalisme ini.

Tapi mungkin melupakan tujuan jangka panjang bangsa Indonesia. Jika ini terjadi, mimpi akan tetap menjadi mimpi, dan Indonesia Baru akan tetap menjadi slogan, Indonesia baru hanyalah sebuah utopia.

Pada gilirannya, sambung Ghopur, hilanglah karakter dan jati diri bangsa dan karakter sosial masyarakat Indonesia yang ramah, toleran, moderat dan harmonis. 

Jika ini yang terjadi, menurutnya, cita-cita akan Indonesia yang berkeadilan dan beradab, dimana semua etnis, suku, agama, ras dan ragam budaya yang tergugus/terhimpun dan dipertautkan menjadi kata Indonesia, akan  tetap menjadi cita-cita.

“Dan akan tetap menjadi slogan serta angan-angan dan mimpi  di siang bolong. Tentunya itu bukan yang kita harapan kita bersama," tandasnya. (Fathoni)