Nasional

Gus Ali Jelaskan Pentingnya Kontekstualisasi Dakwah

Sab, 18 Desember 2021 | 16:00 WIB

Gus Ali Jelaskan Pentingnya Kontekstualisasi Dakwah

Gus Ali juga mendorong agar para penceramah dari kalangan NU terus meniru cara Nabi dalam berdakwah.

Jakarta, NU Online

Kontekstualisasi dakwah sangat mempengaruhi kesuksesan dakwah tersebut. Seperti dalam menyampaikan dakwah kepada masyarakat perkotaan, sesuai koteksnya, materi dakwah harus disampaikan dengan simpel. Sebab, tipikal orang-orang kota lebih menyukai pembahasan keagamaan yang sederhana. 


Hal itu disampaikan oleh Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) dalam Muktamar Talk Sesi ke-4 yang bertajuk Ruang baru Dakwah NU di Tengah Masyarakat Islam Perkotaan di TV9 News, Jumat (17/12/2021) 


Lebih lanjut Gus Ali mengatakan, dalam catatan sejarah dakwah Nabi Muhammad saw, kontekstualisasi dakwah juga digunakan sebagai metodologi yang memiliki pengaruh besar bagi tersebarnya Islam. Menyadari karakter bangsa Arab yang keras, Nabi menggunakan jalan dakwah yang lembut dan penuh kasih sayang. 


Mendasari paparannya, Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, Jawa Timur itu mengutip Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159 yang artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh diri dari sekelilingmu.” 


“Ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa Rasululllah satu-satunya da’i yang mampu mewujudkan tatanan masyarakat yang sejuk, harmoni, sejahtera, adil, makmur, demokratis, dan terbuka,” ujar kiai kelahiran 1958 itu. 


Gus Ali juga mendorong agar para penceramah dari kalangan NU terus meniru cara Nabi dalam berdakwah. Sebab menurutnya, hanya dengan dakwah yang demikianlah NU tetap bisa menjaga eksistensinya sebagai ormas yang ramah. 


“Jangan sampai mubaligh NU menjadi penyebab perpecahan. Usahakan umat Islam mencari titik persamaan, bukan titik perbedaan,” imbuhnya. 


Dakwah Milenial 

Pada kesempatan itu, Ketua PCNU Pasuruan KH Nailur Rahman (Gus Amak) juga menyampaikan, dakwah di era milenial harus mengedepankan logika. Seperti menjelaskan logika pentingnya bermadzhab dan berpaham ahlussunnah wal jamaah. Sebab, di era digital seperti sekarang ini, informasi begitu melimpah dan tidak sedikit yang berpotensi menyelewengkan paham keagamaan. 


“Logika-logika ini yang harus dimiliki anak-anak muda agar tidak mudah terombang-ambing oleh informasi keislaman yang membingungkan, ada yang mengajak untuk tidak bermadzhab, ada yang mengajak untuk tidak beraswaja,” ujar Gus Amak. 


Lebih jauh, Gus Amak mengatakan, agar NU mudah diterima oleh kalangan milenial perkotaan, maka NU harus dikemas semenarik mungkin. Bagaimana caranya agar kalangan milenial merasa keren begitu bergabung ke dalam ormas masyarakat tersebut. 


“Ketika mereka tidak menemukan kerennya di NU, mereka akan mencari yang lain. butuh strategi-strategi khusus di perkotaan. 


Senada, CEO Alvara Research Hasanuddin Ali menambahkan, dunia dakwah itu mirip dengan marketing. Kualitas konten dakwah memang penting, tapi tanpa kemasan yang menarik, konten akan ditinggalkan oleh pendengar. 


“Ketika berbicara kemasan, maka dakwah tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada konten menejernya, harus ada production-nya, dan sebagainya,” ujar Hahsanuddin. 


Selain itu, Gus Amak juga mengusulkan agar para kiai mengeluarkan fatwa untuk anak-anak muda alumni pesantren agar mau terjun ke dunia dakwah di media sosial. Pasalnya, masih banyak alumi pesantren yang enggan untuk menggunakan media tersebut lantaran khawatir dikira pamer atau tidak memiliki sifat tawadhu. 


Kontributor: Muhamad Abror

Editor: Alhafiz Kurniawan