Nasional

Gus Baha Sebut Waktu Mustajabah untuk Doakan Buyut-buyutnya

Sab, 25 Maret 2023 | 17:00 WIB

Gus Baha Sebut Waktu Mustajabah untuk Doakan Buyut-buyutnya

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). (Foto: Dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan jika doa di waktu mustajabah harus diprioritaskan dibandingkan waktu lainnya. Salah satu waktu ijabah yaitu sepertiga malam, yang biasanya digunakan untuk sahur dan shalat tahajud.


“Saya itu mendoakan buyut-buyut itu di waktu ijabah. Waktu ijabah itu pukul 03.00 atau 03.30 WIB,” jelasnya saat haul Masyayikh Pondok Damaran 78 di Pondok Pesantren Mazroatul Ulum, Kudus, Kamis (9/3/2023) lalu.


Gus Baha menjelaskan, alasannya lebih memprioritaskan doa di waktu ijabah karena sesuai dengan tuntunannya Allah dan Rasul-Nya. Sehingga secara sanad dan dalil memiliki jalur yang jelas serta kuat. Selain itu, Allah juga memberikan perhatian khusus pada waktu tersebut.


Adapun waktu ijabah yang diajarkan Nabi Muhammad yaitu waktu sepertiga malam, hari Jumat, saat puasa, dan berbuka puasa. Waktu mustajab lainnya yaitu saat sujud dalam shalat, antara adzan dan iqamah, malam lailatul qadr, dan setelah shalat fardlu.


“Saya itu kalau mendoakan orang yang dihormati habis maghrib seperti yasinan bersama itu sebagai formal saja, maka nanti malam tak ulang lagi pukul 03.30 WIB atau setelah Ashar di hari Jumat. Karena itu waktu ijabah,” imbuh Gus Baha.


Di antara waktu ijabahnya doa yang selalu dilakukan Gus Baha adalah sepertiga malam. Umumnya pada waktu tersebut dilakukan shalat tahajud. Doa di sepertiga malam memiliki dalil di Al-Qur’an, tepatnya di surah Al-Isra ayat 79:


وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا


Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka 'asā ay yab'aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā.


Artinya: "Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji".


Dalam hadits juga disebutkan anjuran menghidupkan waktu mustajabah di sepertiga malam:


‎أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ


Afdlalusshalati ba’da shalatil mafrudloh shalatullail


Artinya: "Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat yang dilakukan di malam hari." (HR Muslim)


“Jangan ikut adat pada umumnya, doa tidak pada waktu ijabah sambil nangis. Saat waktu ijabah malah tidur. Ini tidak tepat. Waktu ijabah itu sepertiga malam saat tahajud. Sesuai konstitusi yang dibawa Rasulullah,” ungkap Gus Baha.


Gus Baha lalu menceritakan kisah anak-anak Nabi Ya’kub yang pernah menemui Nabi Ya’qub di waktu dhuha agar dimintakan maaf kepada Tuhan karena merekayasa wafatnya Nabi Yusuf.


Ini diabadikan Allah dalam Qur’an surah Yusuf ayat 97:


قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا ٱسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَآ إِنَّا كُنَّا خَٰطِـِٔينَ


Qālụ yā abānastagfir lanā żunụbanā innā kunnā khāṭi`īn


Artinya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".


Lalu jawaban Nabi Ya’qub yaitu ia akan meminta ampunan kepada Allah saat waktu ijabah, ada di ayat 98 surah Yusuf:


قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Qāla saufa astagfiru lakum rabbī, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm


Artinya: Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".


Di Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah dijelaskan maksud ayat 98 ini bahwa Nabi Ya’qub hendak memohonkan ampun bagi anak-anaknya di waktu sahur karena di waktu itu doa seseorang akan lebih mudah untuk dikabulkan.


Nabi Ya’qub tidak buru-buru berdoa karena mengetahui besarnya kesalahan mereka sehingga ia hendak berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan serta mencari waktu yang lebih mustajab, sebagai bentuk kasih sayang terhadap anak-anaknya, dengan harapan Allah akan mengampuni mereka.


“Ini menunjukkan doa di waktu selain ijabah itu kurang dianjurkan. Namun, bukan berarti tidak boleh. Bisa saja doanya dikabulkan. Hanya saja sepertiga itu sesuai tuntunan Rasulullah. Formal dari Allah, yang menentukan Allah bukan panitia doa bersama,” tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad