Gus Baha Terangkan Alasan Nabi Muhammad Diperintahkan Bertasbih ketika Menyikapi Kaum yang Membangkang
NU Online · Sabtu, 28 September 2024 | 20:00 WIB

KH Ahmad Bahauddin Nursalim (kiri) saat menghadiri Maulid Nabi dan peringatan harlah ke-20 Pusat Studi Al-Qur'an di Masjid Bayt Al-Quran, Tangerang Selatan, Banten pada Sabtu (28/9/2024). (Foto: istimewa)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Salah satu anggota pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan alasan Nabi Muhammad Saw diperintahkan bertasbih ketika menghadapi kaum pembangkang.
Gus Baha juga menerangkan bahwa Nabi Muhammad Saw dianjurkan untuk bersabar dalam berbagai situasi, lantaran Allah Swt senantiasa memerhatikannya.
"Di antara yang diwahyukan sama Allah Swt kepada nabi kita Muhammad Saw adalah washbir lihukmi rabbika fainnaka bi a'yunina. (Artinya) Muhammad kamu ketika menghadapi segala sesuatu itu sabar saja, karena kamu dalam pantauan kami, dalam lindungan kami," terangnya pada acara Maulid Nabi di Masjid Bayt Al-Quran, Tangerang Selatan, Banten pada Sabtu (28/9/2024).
Gus Baha melanjutkan bahwa untuk menyikapi kaum yang membangkang Nabi Muhammad dilarang mencontoh dua tipe sikap sebagaimana Nabi Yunus dan Nabi Nuh. Sebaliknya, Nabi Muhammad diperintahkan untuk menggantinya dengan tasbih.
"Nabi itu nggak boleh niru dua-duanya, kalau kecewa beliau disuruh mengganti tasbih," ujarnya setelah mengutip ibarat dalam Tafsir Al-Razi.
Hal itu sebagai pertimbangan adanya potensi masuk Islam bagi generasi setelah mereka. "Kita tahu Abu Jahal punya anak Ikrimah. Abu Lahab punya anak Darroh, Walid yang musuhnya Nabi punya anak Khalid. Kita kan enggak pernah tahu" jelasnya.
Gus Baha mengutip hadits sahih yang mengisahkan tentang tawaran malaikat kepada Nabi Muhammad untuk membalas kejahatan kaum kafir. Alih-alih mengiyakan, kata Gus Baha, Nabi Muhammad lebih memilih untuk mendoakan agar Allah Swt menyelamatkan keturunan mereka.
Sebelumnya, Gus Baha menyatakan ada dua tipe sikap untuk menghadapi kaum pembangkang. Hal itu sebagaimana dilakukan Nabi Yunus dan Nabi Nuh. Pertama, tipe sikap seperti dilakukan Nabi Yunus. Ketika kecewa kepada kaumnya Nabi Yunus menjauhi mereka.
"Jadi intinya itu ada dua nabi yang kecewa. Ada yang jenis Nabi Yunus, beliau dakwah kemudian kaumnya tidak iman beliau keluar dari komunitasnya terus terjadi sampai ditelan ikan," ungkapnya.
Tipe yang kedua adalah sebagaimana dilakukan Nabi Nuh. Ketika kecewa dengan kaumnya yang membangkang Nabi Nuh memohon kepada Allah Swt agar melaknat mereka.
"Terus kedua ada jenis Nabi Nuh, ketika kecewa beliau melaknat mereka, Rabbi laa tadzar ‘alal kafirina dayyaran, habisi saja, Ya Allah, mereka ini pecundang, mengafiri Engkau," terang kiai asal Rembang itu dengan mengutip QS Nuh ayat 26.
Acara yang mengusung tema Meraih Kenikmatan Hidup Bersama Al-Qur'an tersebut dihadiri oleh pendiri Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Prof M Quraish Shihab, Ketua Dewan Pakar PSQ KH Ahsin Sakho, Menteri Agama RI (2014-2019) Lukman Hakim Syaifuddin, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla dan sejumlah tokoh serta masyarakat umum.
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua