Nasional

Gus Im dalam Kacamata Gus Muwafiq, Pencinta Musik dan Sosok Dermawan

Ahad, 2 Agustus 2020 | 02:30 WIB

Gus Im dalam Kacamata Gus Muwafiq, Pencinta Musik dan Sosok Dermawan

Gus Muwafiq (kiri) saat menghadiri pemakaman Gus Im di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Sosok almarhum KH Hasyim Wahid atau Gus Im punya tempat khusus di hati dai kondang KH Ahmad Muwafiq atau lebih dikenal dengan Kiai Muwafiq atau Gus Muwafiq.


Penceramah yang dikenal dengan rambut gondrong itu cukup dekat dengan Gus Im. Keduanya dikenal sama-sama nyetrik dan punya hobi yang sama. Wajar keduanya sering ketemu dalam berbagai kegiatan.


"Bagi yang frekuensi beda dengan Gus Im maka sulit ketemu. Kalau satu frekuensi maka mudah ketemu," jelasnya saat menghadiri pemakaman Gus Im di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/8). 


Gus Muwafiq menambahkan, komunikasinya terakhir dengan Gus Im yaitu sebulan yang lalu. Tepatnya sebelum Gus Im menjalani perawatan intensif di rumah sakit.


"Kita kenal sejak tahun 1990-an. Sebelum masuk rumah sakit, sekitar sebulan yang lalu masih kontak-kontakan," imbuhnya.


Gus Muwafiq menceritakan, saat dirinya bertemu dengan almarhum ada saja hal yang dilakukan. Kadang mendengarkan musik bersama. Di lain waktu mencari keris ke mana-mana dan main musik bareng.


"Pernah saat malam-malam disuruh bangun, dengarkan Metalica bareng-bareng di rumahnya. Kadang saya bagian main musik. Sering keliling sama Gus Im cari keris. Kadang tukaran koleksi keris dan konser kecil-kecilan," beber Gus Muwafiq.


Memiliki selera musik yang sama, Gus Muwafik menjelaskan Gus Im menyukai lagu Master of Puppets dan Janis Joplin dari Band asal Amerika Serikat ini.


Gus Im, kata Gus Muwafiq adalah sosok kawan yang tidak mau melihat temannya susah. Sepengetahuannya, cucu KH M Hasyim Asy'ari ini tidak segan-segan memberikan barang miliknya kepada temannya.


"Gus Im tidak bisa lihat orang susah. Kalau ada orang yang susah semua yang ada diberikan. Kadang pulang tidak bawa apa-apa karena diberikan semua kepada orang lain," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin