Nasional

Gus Mus Jelaskan Sosok Muslim Sejati dan Makna Hijrah Sesungguhnya

Sab, 9 Juli 2022 | 11:45 WIB

Gus Mus Jelaskan Sosok Muslim Sejati dan Makna Hijrah Sesungguhnya

Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).

Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menjelaskan sosok muslim sejati, yaitu muslim yang menjaga keselamatan lisan dan perbuatannya.


“Muslim yang sempurna itu orang Islam yang tidak pernah melukai muslim lainnya. Muslim di kanan dan kirinya selamat. Tidak pernah terlukai, tidak pula sakit hati. Karena dia tidak menyakiti saudaranya yang Muslim, baik dengan lisan maupun tangannya,” terang Gus Mus dalam tayangan YouTube NU Online.


Menurut Gus Mus, orang Islam yang mulut dan tindakannya menyakiti orang lain, belum menjadi seorang muslim sejati. “Itu ngakunya saja Islam, tapi tidak sempurna. Bukan Muslim yang kamil,” imbuhnya dalam video yang tayang pada 20 Juni 2022 dilihat NU Online pada Sabtu, (9/7/2022).


Sedangkan orang yang hijrah, sambung Gus Mus, adalah man haajara maa nahallaahu 'anhu. Jadi, yang dinamakan muhajir (pehijrah) itu bukan transmigran atau imigran. Orang yang hijrah adalah orang yang menjauhkan diri dari sesuatu yang dilarang Allah swt.


Gus Mus pun mencontohkan fenomena orang sekarang, yakni bicara hijrah tapi entah apa yang dimaksudkannya. “Ada yang hijrah itu pikirnya, pokoknya kalau memakai jilbab sudah hijrah. Asalnya tidak memakai jilbab, lalu memakai jilbab: ‘Ini sudah hijrah.’ Begitu,” ungkapnya.


Menurut Gus Mus, justru ada yang lebih konyol lagi. Asalnya orang Islam ini sudah baik dengan tetangga, lalu memusuhi tetangganya yang tak seagama itu dengan dalih dia telah hijrah.


“Hijrah itu man hajara maa nahallaahu 'anhu, ini namanya hijrah. Ini menurut Kanjeng Nabi Muhammad SAW: orang yang menjauhi larangan Allah swt. Yang dilarang Allah apa (ditinggalkan), itu namanya muhajir (orang yang hijrah),” tegasnya mengutip hadits.


Dikatakan, dulu yang namanya transmigran itu dibahasaarabkan muhajirin atau kaum muhajirin. Menurut Gus Mus, memakai dalil hadits riwayat sahabat Umar ra dan hadits ini tidak cocok diperuntukkan transmigran.


Kemudian Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh, Rembang itu mencontohkan orang yang hijrah, yaitu orang yang selama ini tenang saja melanggar larangan Allah swt, kemudian dia berhenti meninggalkan itu.


“Misalnya kemarin itu menjadi peminum mabuk-mabukan, kemudian tahu bahwa ini dilarang oleh Allah swt, lalu ditinggalkan, ini muhajir (orang yang hijrah). Tidak sekadar memakai kerudung, terus dikatakan muhajir,” pungkas Gus Mus.


Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori