Nasional

Gus Mus Ungkap Balasan Orang yang Suka Menyakiti Sesama

Ahad, 5 Desember 2021 | 08:00 WIB

Gus Mus Ungkap Balasan Orang yang Suka Menyakiti Sesama

KH Ahmad Mustofa Bisri atau karib disapa Gus Mus. (Foto: Tangkapan layar YouTube Gus Mus Channel)

Jakarta, NU Online
Manusia hidup di dunia bergaul dengan sesama. Oleh karenanya, manusia disebut makhluk sosial lantaran tidak bisa tidak mesti bergaul dengan orang lain. Bergaul dengan orang lain, jika tidak hati-hati, berpotensi menyakiti satu sama lain.


Demikian disampaikan KH Ahmad Mustofa Bisri atau karib disapa Gus Mus dalam Kajian Kitab Jawahir al-Bukhari yang disiarkan langsung di YouTube Gus Mus Channel, Rabu (1/12/2021) malam.


“Ucapannya yang menyakiti, perbuatannya yang kasar, kekejamannya, atau apa saja dalam pergaulan sosial sering terjadi perbuatan-perbuatan zalim. Jangan dikira itu semua tak ada hisabnya, karena nanti di akhirat malah kadang justru mencengangkan orangnya sendiri,” kata Gus Mus.


“Orang yang sembahyang rajin, puasa rajin, umrah setiap tahun, tapi ternyata dengan sesama tidak baik kelakuannya, bisa runtuh. Investasinya shalat, puasa, umrah, diambil semua kalau dia melakukan perbuatan-perbuatan jahat terhadap orang lain,” sambung Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Kemudian, Gus Mus membacakan Hadits Nabi Muhammad saw yang artinya: “Jika orang-orang beriman telah melewati neraka, mereka akan ditahan di suatu jembatan yang disebut Qantharah yang terletak antara surga dan neraka, lalu di sana mereka akan diqishas (dibalas) atas kezhaliman yang terjadi sesama mereka di dunia, sehingga apabila telah tidak ada lagi dosa barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seorang dari mereka berada di tempat tinggalnya di surga lebih aku kenal dari pada rumah mereka di dunia”.


“Jadi nanti ada di jembatan itu semacam pengadilan antar sesama manusia. ‘Dulu ini pernah mencelaku, ini dulu memfitnahku, ini dulu pernah ngrasani aku,’ itu semua nanti dibicarakan di situ, saling mengadili kedzaliman di antara orang Mukmin di dunia,” jelas Gus Mus.


Hal itu, lanjut Gus Mus, dilakukan oleh sesama orang Mukmin, bukan dengan orang kafir, karena sudah lolos screening dari neraka. Itu karena dia orang beriman. Tapi dia punya tanggungan dengan sesama.


“Maka nanti di Qanthar, jembatan itu, mereka saling membalas: ’Kamu pernah nyakiti saya; pernah ini, segala macam, mana pahalamu, kuambil,’ jadi begitu modelnya. Pahala orang yang menyakiti itu diambil, dikasihkan kepada orang yang disakiti,” terang sahabat karib Gus Dur ini.


Dijelaskan, bahwa nanti orang itu lebih kenal dengan tempatnya di surga itu daripada rumahnya di dunia dulu. Rumah yang dulu ditempatinya di dunia sudah lupa: jalan apa dan nomor berapa. Tetapi dengan tempat tinggalnya atau rumahnya di surga ini, lebih jelas bagi dia. Ketika diizinkan masuk surga langsung tahu, ini tempatku.


Dibandingkan dengan mengingat-ingat rumahnya di dunia, lanjut Gus Mus, manusia lebih tahu alamat tempat tinggalnya di surga pada waktu itu. “Karena di alam kubur, sejak dikubur orang sudah diperlihatkan di mana. Setiap pagi dan sore diperlihatkan: ‘Ini tempatmu nanti.’ Maka dia yang ahli surga, tahu alamatnya dengan jelas,” terang Mustasyar PBNU ini.


Jadi begitu nanti sudah selesai persoalannya dengan sesama manusia, orang Mukmin itu langsung disuruh masuk surga, tanpa petunjuk. “Tak usah ada yang mengantarkan segala, langsung tahu. Bahkan lebih ngerti daripada alamat rumahnya sendiri di dunia dulu,” pungkasnya.


Kontributor: Ahmad Naufa KF
Editor: Musthofa Asrori