Nasional

Gus Muwafiq: 'Bismillah' Kurikulum Dasar Umat Islam

NU Online  ·  Kamis, 23 Mei 2019 | 06:30 WIB

Gus Muwafiq: 'Bismillah' Kurikulum Dasar Umat Islam

Gus Muwafiq (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Dai kondang yang juga tokoh Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Muwafiq atau biasa disapa Gus Muwafiq menyebut kalimat bismillah sebagai kurikulum dasar rumat Islam untuk menjadi laku pertama dalam menjalankan kehidupan di dunia.

Ia mengatakan, perintah menyebut nama tuhan terletak pada surat yang pertama turun sementara perintah menyebut nama Allah terletak pada surat pertama dalam Al-Qur'an.

Apa artinya kata Gus Muwafiq, secara umum Allah memerintahakan umat manusia untuk menyebut nama Tuhannya. Dan secara khusus Tuhan yang dimaksudkan itu adalah Allah SWT.

"Yang masih rajin menyebut asma Allah sampai saat ini kayaknya hanya NU, karena menyebut nama Allah merupakan kurikulum dasar dzikir sehari-hari dalam ilmu tasawuf itu setiap hari ada dan modelnya macam macam," kata Gus Muwafiq saat mengisi pengajian Peringatan Nuzulul Qur'an di Gedung PP GP Ansor di Kramat Raya Jakarta Pusat, Rabu (22/5) malam.

Ia mengungkapkan, ketika dzikir kepada Allah bukan saja mulut yang berucap namun seluruh anggota badan ikut berdzikir. Namun dengan kemampuan anggota badan itu sendiri seperti mata berdzikir dengan membukanya agar tidak ngantuk, punggung dengan membungkuk dan kaki yang melipat.

Gus Muwafiq menilai sampai saat ini yang mempraktikkan ilmu bismillah itu hanya santri karena yang lain tidak boleh dzikir dengan gerakan-gerakan tertentu. Akhirnya yang berdzikir hanya hatinya saja. Sementara anggota badan lain tidak termasuk mulut yang seharusnya sekencang-kencangnya menyebut asma Allah.

"Kalau bismillah diajarkan kepada jawarikh yang terjadi adalah sumbernya, sumbernya bismillahirohman. Sumbernya ar-Rahman, belas kasihan terhadap semua yang ada di dunia dan di akhirat," tuturnya.

Makanya, lanjut Gus Muwafiq, jika seseorang sudah mendapatkan sumber ar-Rahman, dia  tidak akan penuh rasa keheranan ketika melihat situasi di dunia karena mereka yakin hanya Allah Yang Maha Agung, semua atas ketentuan Allah dan kemahakuasaan-Nya. (Abdul Rahman Ahdori/Fathoni)