Nasional

Gus Rozin Yakini Potensi Pesantren sebagai Subjek di Era Digital Industri

Rab, 23 Oktober 2019 | 01:05 WIB

Gus Rozin Yakini Potensi Pesantren sebagai Subjek di Era Digital Industri

Foto: NU Online/Syakir

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Rabithah Maahid Al-Islamiyyah Nahdlatul Ulama (PP RMINU) H Abdul Ghofarrozin (Gus Rozin) menyampaikan sikap optimisnya atas potensi pesantren dalam menjawab tantangan Indonesia dan dunia pada era digital ke depan. Ketua asosiasi pesantren di bawah NU ini menaruh kepercayaan tinggi terhadap pesantren.

Menurutnya, kuantitas dan kualitas pesantren yang begitu besar memberi makna bahwa pesantren bukan hanya menjadi obyek. Kuantitas dan kualitas pesantren yang sangat tinggi menunjukkan bahwa pesantren selama ini merupakan potensi besar.

Demikian disampaikan Gus Rozin pada konferensi pers menjelang Pidato Kebudayaan Hari Santri 2019 oleh Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (22/10) sore.

“Pesantren juga sepantasnya menjadi subyek aktif bagi pencapaian cita-cita kemerdekaan seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan beberapa kebijakan seperti capaian SDGs,” kata Gus Rozin.

Ia menambahkan, pesantren menyadari besarnya tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, dihadapkan pada tantangan Revolusi Industri 4.0 dan menguatnya paham dan sikap intoleran bahkan radikal. 

“Sebagai bagian dari komitmen pengabdian kepada bangsa dan negara, pesantren akan menguatkan kompetensi dan secara aktif melawan radikalisme. Pesantren tetap menjadi bagian dari negara-bangsa untuk mencapai zaman emas 2045,” kata Gus Rozin.

Ia mengatakan, Nahdlatul Ulama adalah pesantren besar. Sementara pesantren adalah NU kecil. Sejarah NU dan pesantren adalah sejarah perjuangan merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.

Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 29 ribu pesantren, lebih dari 5 juta santri, dan lebih dari 90 juta komunitas santri. Selain kuantitas yang banyak, pesantren juga memiliki komitmen dan doktrin keberagamaan yang menekankan nasionalisme, toleransi, dan perdamaian.

“Ini saya sampaikan terkait potensi lembaga pesantren secara umum. Selebihnya, soal relasi Islam dan negara, Islam dan kebinekaan, Islam dan kebudayaan, Islam Indonesia sebagai rujukan dunia akan disampaikan secara rinci oleh yang lain,” kata Gus Rozin.

Tampak hadir pada konferensi pers Ketua PBNU H Robikin Emhas, Wasekjen PBNU H Masduki Baidowi, dan Sekjen ISNU M Kholid Syairozi.
 

Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Redaktur: Kendi Setiawan