Nasional

Gus Yahya: Dunia Rugi Tidak Dapat Manfaat Pemikiran Kiai NU

Sel, 21 Juni 2022 | 09:00 WIB

Gus Yahya: Dunia Rugi Tidak Dapat Manfaat Pemikiran Kiai NU

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf saat Pembukaan Rapat Pleno PBNU dan Kick Off Peringatan Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan Jakarta, Senin (20/6/2022) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa pemikiran para kiai NU sangat brilian sehingga rugi jika dunia tidak mendapatkan manfaatnya.


"Kalau dunia internasional sampai tidak memperoleh manfaat dari pemikiran-pemikiran kiai NU, dunia rugi karenanya," kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu pada Pembukaan Rapat Pleno PBNU dan Kick Off Peringatan Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022).


Pasalnya, lanjut Gus Yahya, pemikiran para kiai NU ini lahir dari ketulusan guna menjawab segala macam problematika umat. "Sungguh pemikiran yang bermanfaat dan ikhlas merupakan upaya menjawab dari masalah yang ada," katanya.


Oleh karena itu, dalam rangka menyambut peringatan Harlah keseratus NU, PBNU akan menggelar Muktamar Internasional Fiqih Peradaban pada awal Februari atau akhir Januari mendatang. Sebagai agenda menuju perhelatan berskala internasional itu, PBNU akan menyelenggarakan halaqah di 250 titik di seluruh Indonesia. Artinya, setidaknya ada 40 titik setiap bulannya.


Halaqah ini akan melibatkan para kiai NU dari seluruh pelosok negeri guna menggali gagasan-gagasan bernas mereka. "Pokoknya kiai-kiai kampung kita ajak semua untuk membicarakan masalah ini," ujarnya.


"Kita punya ulama yang cerdas-cerdas, yang pasti punya gagasan bernas yang akan kita tawarkan kepada bukan hanya bangsa dan negara ini, tetapi kepada seluruh dunia," lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Pelibatan pada kegiatan ini paling tidak dapat memberikan kesadaran bagi mereka, bahwa NU akan genap 100 tahun. Dengan begitu, diharapkan mereka dapat lebih meningkatkan intensitas hubungan dengan Allah swt sebagai keterlibatannya dalam menyongsong 100 tahun NU. 


Gus Yahya mengaku membuktikan sendiri mengenai pemikiran para kiai NU ini ketika dibawakan ke hadapan audiens dalam forum-forum yang diikutinya di berbagai belahan dunia. Mereka menerima dan betul-betul membutuhkan hasil pemikiran dari para kiai NU.


"Saya buktikan sendiri, bagaimana reaksi audiens internasional itu, bahwa gagasan dari para kiai memang sungguh diterima sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh dunia," katanya.


Dengan merendah, Gus Yahya sendiri tidak membawakan gagasan sendiri dalam berbagai forum internasional yang diikutinya. Sebab, dalam pengakuannya, ia merasa bukan bagian dari orang yang layak menggagas dan tidak memiliki kemampuan melahirkan gagasan yang brilian.


"Saya sampaikan pengakuan, saya tidak pernah membawakan gagasan sendiri. Saya tidak termasuk di antara orang-orang alim yang pantas untuk menggagas, dan saya tidak juga termasuk di antara orang-orang cerdas yang mampu melahirkan gagasan-gagasan bernas. Saya hanya menyampaikan gagasan-gagasan yang sudah disampaikan kiai-kiai kita sejak lahirnya NU sampai sekarang," akunya.


Ia mencontohkan gagasan bernas KH Achmad Shiddiq mengenai ukhuwah basyariyah yang dicetuskan pada 1984. Hal ini jauh puluhan tahun lebih dahulu ketimbang kesepakatan persaudaraan kemanusiaan yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Al-Thayyib di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab 2019 lalu.


"Dan kita sendiri tahu, bahwa Kiai Achmad Shiddiq sudah bicara ukhuwah basyariyah 35 tahun sebelumnya," kata kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.


Hal tersebut juga, menurutnya, merupakan bukti majunya pemikiran para kiai NU. "Ini bukti mencolok bahwa kiai-kiai kita jauh berpikiran lebih maju daripada kalangan yang lain, bahkan secara internasional," lanjutnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan