Nasional

Gus Yahya Rasakan Girah Kebangsaan dan Kebersamaan dalam Diri Prof Azyumardi Azra

Sen, 19 September 2022 | 14:30 WIB

Gus Yahya Rasakan Girah Kebangsaan dan Kebersamaan dalam Diri Prof Azyumardi Azra

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat Kajian Ramadhan Nusantara, Jumat (15/4/2022) di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Kabar wafatnya Prof Azyumardi Azra tentu menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Secara khusus, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf juga menyampaikan rasa duka citanya yang mendalam atas berpulangnya Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

 

ā€œNahdlatul Ulama turut berduka dan merasa kehilangan atas wafatnya Prof. Dr. Azyumardi Azra pada Ahad, 18 September 2022, di Kuala Lumpur, Malaysia,ā€ kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu melalui keterangan tertulis dari Palestina pada Senin (19/9/2022).

 

Kabar ini, lanjutnya, mengagetkan kita semua karena sebelum wafat beliau sehat bugar dan masih menjalankan tugas-tugas sebagai cendekiawan publik dan akademisi. ā€œKepergiannya ke Kuala Lumpur pun untuk menjadi narasumber di sebuah seminar keislaman,ā€ katanya.

 

Gus Yahya mengenal sosoknya melalui seminar di level nasional dan internasional, selain tentu melalui karya-karyanya yang monumental yang tersebar melalui buku maupun tulisan di berbagai media.

 

ā€œDari perjumpaan seperti itu, saya sangat merasakan bahwa Prof Azra memiliki girah kebersamaan dalam konteks kebangsaan atau kultur kesantrian NU dan Muhammadiyah,ā€ ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

 

Gus Yahya juga mengatakan, bahwa Prof Azra kerap menyampaikan NU dan Muhammadiyah sebagai pilar keislaman yang menopang kehidupan bersama dalam satu bangsa di banyak kesempatan.

 

"Islam ala NU dan Muhammadiyah mengedepankan nilai-nilai kebangsaan serta semangat cinta tanah air. Modalnya jelas: Islam tawasut, moderat, rahmatan lil alamin, dan berkeadilan ada dalam Pancasila. Ini semua tidak bertentangan dengan Islam," begitu kira-kira yang sering Gus Yahya dengar dari Prof Azra.

 

Lebih lanjut, Gus Yahya menegaskan bahwa sumbangsih Prof Azra cukup jelas di kalangan Islam tradisionalis. Sebab, disertasinya tentang jaringan ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad ke-17 dan 18 adalah salah satu rujukan penting bagi wacana Islam Nusantara.

 

ā€œBeliau juga selalu hadir saat diundang NU. Terakhir, beliau menghadiri acara internal Lakpesdam PBNU pada awal September 2022,ā€ terang kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.

 

Perhatian dan kepedulian almarhum terhadap dunia Islam yang maju dan berperadaban, katanya, dirasakan semua kalangan, termasuk NU. ā€œKita semua kehilangan atas wafatnya beliau. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah swt,ā€ harapnya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi