Nasional

Gus Yahya Yakin NU adalah Wasilah Penyempurna Cahaya Allah

Rabu, 7 April 2021 | 09:59 WIB

Gus Yahya Yakin NU adalah Wasilah Penyempurna Cahaya Allah

Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf berkeyakinan bahwa NU merupakan wasilah dari penyempurna cahaya Allah (itmam nurillah). Pasalnya, hal ini secara eskplisit diungkapkan Syaikhona Kholil Bangkalan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dengan menukil Al-Qur’an surat Al-Shaff ayat 8.


“NU ini dilahirkan keyakinan saya dimaksudkan, diharapkan bisa menjadi wasilah itmam nurillah,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya, saat memberikan Iftitah pada Forum Afkar 2021 Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Rabu (7/4).


Karenanya, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu menyampaikan bahwa konstruksi dari NU ini perlu diupayakan supaya tetap menjadi candra cahaya Allah ini.


Lebih lanjut, Gus Yahya menjelaskan bahwa perumpamaan cahaya Allah tersebut seperti tempat lampu yang terdapat lampunya. Tempat tersebut merupakan jamaah (anggota organisasi), sedang lampu itulah organisasinya. Namun, lampu itu tidak hanya menerangi tempatnya saja, tetapi seluruh ruangannya.

 

“Bukan hanya untuk menerangi misykat (tempat lampu), tetapi seluruh ruangan. Itu berarti NU harus menjadi khidmah inklusif, untuk semua orang, seluruh umat,” katanya.


Hal ini, katanya, sejalan dengan deklarasi NU pada Internasional Summit of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) tahun 2016 lalu. “Bahwa NU bertekad mengonsolidasikan komunitas Aswaja untuk menghadirkan Islam yang sungguh-sungguh membawa maslahat bagi seluruh dunia. Ini tantangan NU terbesar NU abad kedua,” katanya.


Dalam menyongsong abad kedua NU ini, lanjutnya, NU membutuhkan kebangkitan besar dari kader-kadernya, mulai dari kebangkitan intelektualisme, kebangkitan kewirausahaan, hingga teknokratisme.


“Kita berharap para sarjana NU tidak hanya mengutak-atik khazanah akademis, tetapi sungguh-sungguh berpikir berdasarkan ilmu spesialisasi masing-masing untuk menemukan jalan keluar dari masalah nyata. Intelektualisme apabila dikembangkan dengan semestinya pada akhirnya akan berujung menjadi gerakan,” harap kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 55 tahun yang lalu itu.


Oleh karena itu, ia minta Lakpesdam agar tidak puas, tetapi terus mengolah gagasan untuk menginisiasi bangkitnya intelektualisme di kalangan NU dan masyarakat luas. “Tidak ada orang yang tahu persis jawaban masalah besar. Dalam konteks NU, kita butuh kebangkitan intelektualisme supaya NU bisa berkontribusi mencari jalan keluar masalah besar peradaban kita hari ini,” pungkasnya.


Harapan yang sama disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Dalam sambutannya, ia menyampaikan gagasan Islam Nusantara yang diusung NU dapat menjadi solusi atas problematika yang tengah dihadapi dunia internasional dan mendorong kebangkitan intelektual Nahdliyin.


Insyaallah dengan ide gagasan Islam Nusantara Indonesia menjadi qiblatul muslimin tsaqafatan wa hadaratan. Mudah-mudahan Afkar Forum 2021 ini bisa mendorong gerakan intelektual kita warga NU dan generasi NU terutama,” harapnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin