Jepara, NU Online
KH Yusuf Khudlori menyatakan setelah kiai-kiai sepuh semisal KH Sahal Mahfudz, KH Idris Marzuki dan KH Abdul Hamid wafat, belum tentu akan lahir “penerang” baru berdaya 1000 watt lagi.
<>
Hal itu dikemukakan Gus Yusuf, sapaan akrabnya, dalam Haflah Attasyakkur lil Ikhtitam Pesantren Roudotul Huda yang ke-40 dan Pesantren Roudlotul Hidayah yang ke-21 Desa Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin (16/6) malam.
Menurutnya, mautul alim mautul alam, wafatnya orang alim, mengakibatkan dunia juga turut mati. Wafatnya ulama mengurangi “lampu” dunia. Desa kepaten (kehilangan) “obor”. Dunia pun semakin gelap.
Imbasnya, semisal desa yang dulunya setelah maghrib diramaikan dengan mujahadah, tadarus, yasinan, kini sepi karena tidak ada penerangnya, kehadiran ulama.
Namun demikian, masyarakat tak perlu khawatir. Sebab, para santri yang masih menuntut ilmu kelak yang menurutnya akan meneruskan menerangi masyarakat.
Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang tersebut menjelaskan, kualitasnya memang tidak sampai berdaya 1000 watt, hanya 10 watt. “Namun jika daya-daya tersebut dikumpulkan akan menjadi penerang rumah, masyarakat maupun bangsa,” jelasnya. (Syaiful Mustaqim/Mahbib)
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
3
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
4
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
5
PBNU Minta PPATK Tak Ambil Kebijakan Serampangan soal Pemblokiran Rekening Menganggur
6
2 Alasan LPBINU Bandung Sosialisasikan Literasi Bencana untuk Penyandang Disabilitas
Terkini
Lihat Semua