Depok, NU Online
Ratusan kiai, habaib, kaum muda NU dari berbagai daerah, dan tokoh perwakilan raja-raja Nusantara berdatangan memenuhi ruang serbaguna Pesantren Al Manar Azhari Depok, Jawa Barat, Jumat (17/5).
Kedatangan mereka selain untuk membahas persoalan kebangsaan, juga membacakan pernyataan sikap untuk persatuan dan kesatuan NKRI. Pembacaan pernyataan sikap ini dipandu Habib Umar bin Husein Assegaff Majalaya.
Pernyataan sikap menyebutkan bahwa bangsa Indonesia telah memilih Presiden-Wakil Presiden, DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Semoga bangsa Indonesia mendapat pemimpin dan wakil rakyat yang terbaik, senantiasa bertaqwa kepada Allah dan amanah dalam menjalankan mandat kekuasaan.
Saat ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sedang menjalankan tugas untuk menghitung hasil pilihan. KPU berusaha agar proses ini dapat berjalan dengan terbuka (transparan).
Semua pihak diberikan kesempatan untuk mengikuti. Apabila ada yang menemukan kekeliruan, maka dipersilakan untuk menyampaikan kepada Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai lembaga yang berwenang. Dan bila tidak bisa menerima ketetapan dari KPU, juga diperkenankan untuk melakukan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) sesuai prosedur yang ada.
Forum berharap semua pihak bersabar dengan proses perhitungan suara yang masih berlangsung dan menempuh mekanisme pengaduan dan gugatan hukum bila menemukan kecurangan atau tidak puas dengan ketetapan hasil akhir. Namun, ternyata harapan tersebut saat ini terciderai oleh komentar dan sikap yang tidak memperhatikan mekanisme pengaduan dan gugatan. Ada salah satu pasangan Capres-Cawapres yang sudah terlebih dahulu menetapkan diri sebagai pemenang dan nantinya tidak menerima keputusan apapun apabila berbunyi sebaliknya.
Lebih dari itu, mereka telah melakukan provokasi dan agitasi kepada masyarakat untuk mengabaikan hukum yang berlaku. Mereka mengajak masyarakat untuk melawan ketetapan KPU bila tidak sesuai dengan kemauan mereka. Bahkan, perlawanan tersebut dianggap sebagai bagian dari jihad agama yang siap sampai titik darah terakhir.
Keadaan demikian membuat persatuan dan kesatuan NKRI terancam. Masyarakat juga akan semakin terpecah belah. Oleh karena itu, para ulama dan habaib yang tergabung dalam Forum Kiai Muda Nusantara menyatakan sikap mengajak semua pihak mengedepankan kepentingan Persatuan dan Kesatuan negara dan bangsa Indonesia. Tidak boleh ada tindakan yang merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Â
Mengajak semua pihak bersabar dan dapat menahan diri dari membuat seruan dan ajakan penggalangan massa dengan mengabaikan peraturan (regulasi) yang berlaku.
Mengajak semua pihak memegang teguh peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Pemilu. Semua pihak agar menerima Keputusan KPU. Dan dipersilakan menggunakan jalur hukum apabila tidak menerima Keputusan KPU. Bukan dengan jalur pengerahan massa yang memaksakan kehendak.
Mengajak masyarakat tetap tenang, mengedepankan perdamaian, dan tidak terpancing oleh isu apapun yang dapat memecah belah serta mengadu domba antar warga negara.
Mengajak semua pihak berdoa terus menerus. Semoga negeri kita Indonesia tercinta senantiasa aman dan mendapat rahmat dan ridha dari Allah Swt. Mudah-mudahan negara Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Forum juga mendukung tindakan TNI-Polri untuk melaksanakan tugasnya secara profesional terhadap orang yang hendak memecah-belah dan mengancam keutuhan NKRI.
Pada kesempatan ini, sahibul bait, KH Manarul Hidayat mendatangkan KH Ma'ruf Amin untuk menyampaikan ceramah kebangsaan. Kiai Ma'ruf dalam ceramahnya menjelaskan bahwa Indonesia adalah daarul miitsaaq, negara yang dihasilkan atas kesepakatan. Untuk hidup secara damai maka semua elemen harus dilindungi.Â
"Indonesia negeri yang terbentuk atas perjuangan dan kesepakatan. Kita semua harus berusaha menjaga dan mempertahankannya," kata kiai yang merupakan keturunan Syeikh Nawawi.
Kiai Ma'ruf melanjutkan bahwa Pilpres telah selesai, pesta demokrasi yang menghabiskan waktu. Pikiran dan materi juga merupakan sebuah kesepakatan yang harus dijaga dan dirawat demi kelangsungan NKRI.Â
"Pesta demokrasi lahir dari kesepakatan, kalah menang sebuah kepastian yang harus dihadapi. Jika tidak terima maka disebut mukhalafatul mitsaaq atau kontradiksi terhadap kesepakatan dan bisa menimbulkan disintegrasi. Maka jagalah persatuan dan kesatuan," tegas kiai yang juga Mustasyar PBNU ini. (Abdul Hadi Hasan/Kendi Setiawan)