Nasional

Habib Ahmad bin Novel Kagumi Semangat Nasionalisme Syekh Nawawi Al-Bantani

Sel, 8 Februari 2022 | 01:00 WIB

Habib Ahmad bin Novel Kagumi Semangat Nasionalisme Syekh Nawawi Al-Bantani

Apa yang dilakukan Syekh Nawawi al-Bantani itu merupakan representasi dari ulama-ulama Indonesia pada umumnya

Jakarta, NU Online 

Pendakwah Habib Ahamad bin Novel bin Jindan mengungkapkan kekagumannya terhadap Syekh Nawawi al-Bantani karena kendati memiliki keilmuan cukup mapan dan kiprah mendunia, semangat nasionalismenya tidak pernah luntur. Hal itu terbukti dengan penisbatan nama ulama asal Banten itu pada tanah kelahirannya. 


“Yang menarik dari sosok ulama-ulama Indonesia ini, terkhusus Syekh Nawawi al-Bantani, sehebat apapun ilmu beliau, setenar apapun pengaruh beliau, karya tulis yang tersebar ke berbagai penjuru dunia, tetapi jiwa atau identitas ke-Indonesiaannya tidak pernah sirna dari dirinya,” kata Habib Ahmad dalam acara ‘Pekan Memorial Syekh Nawawi Banten’ di The Sultan Hotel dan Residence, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Senin (7/2/2022). 


Lebih lanjut, pimpinan Yayasan Al-Fachriyah, Tangerang, Banten itu mengatakan, apa yang dilakukan Syekh Nawawi al-Bantani itu merupakan representasi dari ulama-ulama Indonesia pada umumnya. Sebab, banyak ulama Indonesia yang memiliki keilmuan sangat luas dan kiprah mendunia, tapi tidak pernah luntur jiwa nasionalismenya. 


“Dan ternyata bukan hanya beliau (Syekh Nawawi al-Bantani), memang begitulah sifat ulama-ulama yang ada di Indonesia, mereka sejak dahulu kala terdidik seperti ini,” ucap Habib Ahmad dalam acara yang bertajuk ‘Kebangkitan Turats Nusantara dari Indonesia untuk Peradaban Dunia’ itu. 


“Betapa banyak ulama di Timur Tengah (seperti) di Makkah, di Madinah, yang memiliki nama begitu harum, tetapi identitas keindonesiaannya tidak pernah sina dari diri mereka,” imbuhnya. 


Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, A'wan PBNU Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, dan peneliti kajian Nusantara Ahmad Baso. 


Sebagaimana diketahui, para ulama Nusantara dulu pergi ke Timur Tengah untuk menimba ilmu sampai berkiprah di sana dari mulai menjadi guru dengan memiliki banyak murid hingga menjadi imam di Masjidil Haram, Makkah. Mereka menjadi agen-agen perubahan. 


Tercatat dalam sejarah, sejak era Walisongo sudah banyak ulama Nusantara yang pergi ke wilayah Timur Tengah. Pada abad ke-18 dan abad ke-19, kehadiran mereka di sana semakin banyak. Kendati sudah menjadi tokoh besar, tidak lantas membuat mereka melupakan tanah airnya. Mereka tetap menjadi pejuang-pejuang yang loyal untuk bangsanya sendiri.

 


Kontributor: Muhamad Abror

Editor: Alhafiz Kurniawan