Nasional HARI SANTRI 2019

Habib Jindan Ungkap Kecintaan Rasulullah terhadap Ilmu Pengetahuan

Sel, 22 Oktober 2019 | 09:00 WIB

Habib Jindan Ungkap Kecintaan Rasulullah terhadap Ilmu Pengetahuan

Habib Jindan bin Salim Jindan saat menyampaikan ceramah agama pada malam puncak perayaan Hari Santri 2019 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (21/10) malam. (Foto: NU Online/AR Ahdori)

Jakarta, NU Online
Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dikenal sebagai pribadi berakhlak mulia. Selain memiliki perilaku positif, putra Abdullah bin Abdul Muthalib ini sangat mencintai ilmu pengetahuan. Bahkan, Rasulullah SAW selalu berupaya agar ilmu tersebut benar-benar bermanfaat baik untuk dirinya maupun orang lain. 
 
Habib Jindan bin Salim Novel Jindan mengungkap mukjizat Nabi Muhammad dalam bidang ilmu pengetahuan, utamanya ilmu yang bisa menyelamatkan manusia di hadapan Allah SWT.  Menurut dia, atas kecerdasan Nabi Muhammad menguasai ragam ilmu pengetahuan, Allah kemudian memberikan wahyu kepada-Nya berupa Al-Qur’an.  
 
“Bahkan di antara para nabi, beliau lah yang paling berilmu. Allah mewahyukan Nabi Muhammad ilmu atas permintaan-Nya sendiri, wa qul rabbi zidni ilma,” kata Habib Jindan saat menyampaikan ceramah agama pada malam puncak perayaan Hari Santri 2019 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (21/10) malam. 

Baca juga: Gus Muwafiq Jelaskan Asal Usul Kiai, Santri, dan Sarung
 
Sebagai seorang utusan Allah, lanjut Habib Jindan, tentu Nabi Muhammad sangat bisa agar diberikan harta, tahta, dan kebutuhan lain oleh Allah yang saat itu diperlukan. Namun, keinginan untuk mendapatkan dunia tidak pernah dilakukan putra Siti Aminah tersebut. Jika Rasulullah berdoa, yang dimintanya adalah ilmu.     
“Rasulullah SAW menyatakan dalam hadis yang artinya setiap hari ilmu yang saya miliki harus bertambah. Jika dalam satu hari ilmu-ku tidak bertambah, maka hari itu adalah hari yang tidak berkah atau hari sial, naudzubillah min dzalik,” kata Habib Jindan mengutip hadis Nabi.  
 
Habib Jindan menegaskan, ilmu adalah sesuatu yang bisa membuat hamba Allah berlaku adil, bijaksana, berakhlak mulia dan mendorong untuk takut kepada-Nya. Bukan sebaliknya, ilmu membuat seseorang menjadi sombong dan jauh dari Allah.  

Baca juga: Miliki Ilmu Tinggi, Habib Jindan: Harus Berakhlak Mulia
 
Ia menyebut jika peran ilmu membuat seseorang menjadi pribadi yang baik, maka ilmu tersebut bisa menyelamatkan umat manusia. Sementara jika ilmu membuat manusia justru melakukan kejahatan, maka akan menjadi ancaman di akhirat.  
 
“Karena itu, apakah kita telah menyelamatkan hari kita pada hari ini, atau kemarin, atau esok. Apakah ilmu membuat bertambah rasa takut kita kepada Allah SWT,” ujarnya. 
 
Selanjutnya, Habib Jindan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua, yakni ilmu fi lisan dan ilmu fi zaman. Ilmu fi lisan adalah ilmu yang letaknya di lidah. Ilmu ini, kata Habib Jindan, men jadi alat bukti di pengadilan Allah pada hari kiamat. Ilmu yang ada di lidah ini kadang memberatkan kita, kadang memudahkan kita.
 
“Kedua, ilmu fi zaman, yakni ilmu yang ada di hati. Ilmu ini mewariskan sikap tawadhu’, rendah hati, sikap rahmat dan kasih sayang kepada sesama. Selain itu, juga mewariskan sikap takut kepada Allah dan membuat kita berharap hanya kepada-Nya. Itulah ilmu yang bermanfaat,” tutur Habib Jindan di hadapan ribuan santri dari berbagai pesantren yang hadir. 
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Musthofa Asrori