Nasional CATATAN AKHIR PEKAN

Habibie, Yasin, Tahlil, dan Ayat Kursi

Sab, 23 Februari 2013 | 13:24 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Presiden RI ketiga B.J. Habibie mengaku suka membaca surat Yasin, Tahlil dan ayat kursi. "Tiap malam saya suka membaca Surat Yasin, Tahlil, dan ayat Kursi. Saya juga baca doa surat Yasin dan doa Tahlil."
<>
B.J. Habibie, yang namanya lekat dengan teknologi dan ICMI, mengungkapkan hal tersebut pada acara bertajuk "Meet & Greet B.J. Habibie" di sebuah mall, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (23/2) siang. Acara yang dijubeli ratusan orang dari anak-anak hingga orangtua, itu dijaga ketat oleh polisi berseragam dan pengaman berbaju hitam.

Habibie yang siang itu mengenakan kemaja batik lengan panjang menuturkan bahwa tradisi keagamaan seperti Tahlil dan lain-lain sudah dijalani lama bersama isteri, almarhumah Ainun. Saya, kata Habibie, melakukan bacan-bacaan bersama Ibu Ainun sudah lama dan dilakukan malam hari sebelum shalat Tahajud dan diakhiri shalat Witir.

Pada era Orde Baru, Habibie yang dilahirkan di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, terkenal sebagai pejabat yang "soleh".

Di jaman itu, Habibie merupakan simbol orang yang cerdas dan teknokrat yang handal, serta sangat mencintai negeri ini, karena dia bersedia ke tanah air (1973) untuk perjuang, atas permintaan mantan presiden Suharto, meninggalkan dunia yang lengkap di Jerman, meninggalkan pekerjaan yang bergengsi di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg.

Banyak orang mencatat, dialah yang mensyiarkan bahwa orang Indonesia harus menjaga keseimbangan antara "imtak" dan "iptek". Imtak itu akronim untuk iman dan takwa. Sedangkan iptek kependekan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Selain itu, banyak orang juga kagum karena Habibie rajin puasa Sunnah Senin-Kamis dan suka Tahajud. Sudah lama orang mengenal dia dua ibadah itu, tapi bahwa dia ternyata suka juga dengan Yasin, Tahlil dan ayat kursi, itu baru diungkapkan. Minimal saya baru mendengarnya.

Sebagai orang yang dari kecil hobi baca Yasin, hafal Tahlil dan lanyah baca ayat kursi, saya terkejut sekaligus bangga dengan pengakuan Habibie.

Sebab, selama ini Habibie lebih dekat dengan Islam modernis, paling tidak lekat dengan ICMI, kalangan Islam yang dicap puritan dan dulu dekat dengan Orba, bersih dari amalan-amalan (baca Yasin, dll.) yang, katanya, tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Sekarang sih masih ada kelompok yang menghukumi bid'ah pada praktik bacaan Yasin, Tahlil, dan ayat kursi yang untuk keperluan khusus seperti dihadiahkan kepada orang mati. Tapi kelompok tersebut, sekarang ini, dikenal sebagai "pendatang baru" dalam perkembangan Islam Indonesia. Orang menyebutnya ada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ada juga kelompok yang disebut sebagai golongan Salafi.

Sementara kelompok Islam modernis, katakanlah Muhammadiyah, PERSIS, dan sejenisnya, tidak lagi lantang kasih predikat bid'ah pada "penggembar" (Islam tradisionalis: NU dan Islam bermadzhab Aswaja) surat Yasin dan sejenisnya, Bahkan tumbuh dari kawan-kawan Muhammadiyah yang menjalankan bacaan-bacaan tersebut. Pemikir dan aktivis Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkhan, menyebut dengan "Muhamadinu", Muhammadiyah yang kenu-nuan.

Dulu bacaan Tahlil, Yasin, dan teman-temannya, jangankan dipraktikan dan ditayangkan televisi dan dibicarakan di mall-mall, melakukannya saja dikatakan ndeso dan berdosa.

Tapi sekarang tidak, televisi --media yang terus memperbaharui teknologinya-- saat ini menyairkan tradisi-tradisi keagamaan seperti Tahlil, shalawat, dan sebagainya. Bahkan sekarang ini, orang yang tidak bershalawat, tiak Tahlilan, dianggap tidak islami, dari mulai SBY hingga RT, Shalawatan. Konon Tahlilan mulai populer di masyarakat Islam kota ketika almarhumah Ibu Tien meninggal. Dan almarhum Pak Harto, yang mengaku Muhammadiya, menggelar Tahlil untuk istrinya hingga 40 hari.

Sekarang, Pak Habibie bilang menyukai baca Yasin, Tahlil dan ayat kursi. Selamat datang di "dunia lain", Pak. Semoga sukses film Habibie&Ainun. Dan yang lebih penting lagi semoga husnul khotimah. Amin. (Hamzah Sahal)