Nasional

Harapan ‘Sakral’ di Balik Penamaan UIN KH Ahmad Siddiq

NU Online  ·  Jumat, 31 Mei 2019 | 23:30 WIB

Jember, NU Online
Ada harapan yang cukup ‘sakral’ di balik rencana penamaan UIN KH Ahmad Siddiq, ketika IAIN Jember kelak sudah beralih status menjadi UIN. Yaitu, lahirnya sosok-sosok alim, pemikir yang berwawasan luas seperti Kiai Ahmad Siddiq.

“Kami ingin barokahnya beliau. Kami menginginkan lahirnya Kiai Ahmad Siddiq-Kiai Ahmad Siddiq muda dari kampus ini kelak,” tukas Rektor IAIN Jember, H Babun Suharto saat menjadi nara sumber dalam Focus Group Discussion, Peningkatan Kelembagaan Alih Status IAIN Menuju UIN di gedung baru IAIN Jember, Jumat (31/5).

Menurut H Babun, KH Ahmad Siddiq adalah sosok ulama yang moderat yang pemikirnnya cukup jauh menjangkau kedepan. Katanya, profil KH Ahmad Siddiq  yang lokal (asli Jember), dan kemudian menjadi tokoh nasional yang berkarakter, telah memberikan inspirasi  bagi segenap civitas akademika IAIN dan warga Jember untuk menempelkan namanya di belakang UIN (Universitas Islam  Negeri) kelak.

“Paling tidak, UIN Jember kelak dikenal di mana-mana sebagaimana polularitas KH Ahmad Siddiq,” terangnya.

Kendati demikian, bukan semata-mata popularitas yang diharapkan, tapi ketika nama KH Ahmad Siddiq sudah resmi menjadi nama UIN Jember, maka kampus tersebut harus punya integritas  keilmuan yang berbeda dengan perguruan tinggi lainnya.

“Kami mencoba mengembangkan wawasan Islam wasathiyah, yang dalam istilah kekinian menjelma sebagai Islam Nusantara,’ terangnya.

Di tempat yang sama, keponakan KH Ahmad Siddiq, Gus Syaif menegaskan bahwa jika benar kelak nama KH Ahmad Siddiq dipakai untuk nama UIN Jember, maka kampus tersebut wajib menjaga lestarinya ajaran Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Sebab, KH Ahmad Siddiq adalah tokoh NU yang berjuang mengembangkan Aswaja.

“Saya ingin kelak agar UIN Jember menjadi benteng Aswaja yang kokoh sekaligus tempat penggodokan kader-kader militan Aswaja,” harapnya.

Ia menambahkan, KH Ahmad Siddiq mempunyai jiwa kepemimpinan yang komplit. Ya beliau sebagai ulama, umaro dan zuama. Itulah sebabnya, KH Ahmad Siddiq dekat dengan semua kalangan, baik dengan tokoh agama maupun tokoh pemerintahan.

“Beliau luwes, tapi tak pernah kehilangan prinsip,” terangnya. (Aryudi AR).