Nasional

Hari Toleransi, Momentum Lentur dan Tegas dalam Pengamalan

Sel, 19 November 2019 | 02:30 WIB

Hari Toleransi, Momentum Lentur dan Tegas dalam Pengamalan

Komunitas Gusdurian Banten gelar diskusi (Foto: NU Online/Adi Riyadi)

Serang, NU Online
Toleransi adalah lentur dalam pemikiran dan tegas dalam pengamalan, demikian sikap organisasi Gusdurian Banten dan Forum Komunikasi Pemuda Lintas Agama (FKPLA) Banten dalam menanggapi maraknya intoleransi yang akhir-akhir ini terjadi.
 
Tokoh Pemudi Buddhis Maya Sari Putri mengatakan dalam menanggapi maraknya intoleransi umat Budha lebih memilih diam demi terjaganya NKRI yang rukun.
 
"Bukan cuman kaum saya yang ingin tolerasi, mungkin kaum minoritas lain ingin juga toleransi. Umat Budda lebih memilih diam untuk keutuhan NKRI," katanya dalam acara diskusi Ngobrol Santai, Sekaligus Memperingati Hari Toleransi Internasional 2019 di Kota Serang, Ahad (17/11).
 
Pemateri dari Orang Muda Katolik (OM) Kota Cilegon Frandy Seda memberikan cara agar tumbuh toleransi. "Tolerasi sebenernya berawal dari membuka diri, orang bertoleransi harus menahan diri, maka dia tidak akan membuat onar itulah toleransi. Kalau saya biasa menerapkan, kalau ketemu orang itu selalu senyum, sapa, salam," ujarnya.
 
Ia melanjutkan, untuk menangani intoleransi harus dengan pendekatan kebudayaan, sebab kebudayaan adalah bahasa universal dan budaya adalah berbicara keberagaman.

Ketua Pemuda GKI Serang Fialdi, ia mengungkapkan toleransi ada karena ada keanekaragaman mulai dari agama, ras, dan budaya. Dengan keberagaman justru membuat hidup berwarna dan indah
.
"Kristen ini di serang minoritas, jadi pergaulan kita dengan mayoritas, jadi kadang mengikuti yang mayoritas. Kita sangat senang ketika ada kegiatan seperti ini kumpulan lintas agama. Mari kita sama-sama menumbuhkan toleransi kepada diri sendiri, dan kami mohon kepada teman-teman semua bahwa kita pun dari kristen ingin berbuat baik," ujarnya.
 
Pihaknya mengungkapkan, bahkan dirinya akan toleransi kepada orang yang intoleran, kita jangan benci, tetapi yang dibenci adalah pemikirannya.

Dalam rilis yang dterima NU Online, Senin (18/11) Koordinator Gsdurian Banten Taufik Hidayat menjelaskan, di Islam ada istilah umatan wasathan, maksudnya adalah islam moderat jadi ummat manusia harus bersatu.
 
"Mereka yang masih baku hantam, mereka tidak paham terhadap toleransi," Jelasnya.
Pemuda Hindu Banten Yasa Giriana pun menyamampaikan hal yang sama. Pihaknya menyarankan untuk mengkesampingkan keburukan orang lain. Bahkan kepada orang yang intoleran harus diajak berkomunikasi agar tumbuh toleransi.
 
"Kita kesampaingkan keburukan orang, tapi kita junjung tinggi kebaikan kita kepada orang. Kepada orang yang intoleran, kita harus ajak mereka berkomunikasi bukan malah menjahui, dengan itu maka kita akan hidup rukun," pungkasnya.
 
Hadir dalam kegiatan diskusi ini Dosen Universitas Tirtayasa (Untirta) Alit, pihaknya mengapresiasi adanya diskusi para pemuda, berarti indonesia masih ounya harapan ke depan.
 
"Kalau para pemuda ada kumpul, diskusi, berarti Indonesia masih punya harapan. Toleransi adalah suatu keniscayaan, karena Allah menciptakan kita berbeda beda," katanya
.
Kota Serang imbuh Alit, tidak ada masalah dengan perbedaan perbedaan dan kita harus menjaga kerukunan ini. 
 
"Dengan berdiskusi, saya yakin perbedaan-perbedaan menjadi rahmat bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan dari orang lain untuk toleransi, tapi harus dari diri kita sendiri," pungkasnya.
 
Editor: Abdul Muis