Nasional

Harlah Ke-36, Pagar Nusa Berkomitmen Kuatkan Jaringan Internasional 

Sel, 4 Januari 2022 | 10:00 WIB

Harlah Ke-36, Pagar Nusa Berkomitmen Kuatkan Jaringan Internasional 

Ketum PP Pagar Nusa, M Nabil Haroen. (Foto: dok Pagar Nusa)

Jakarta, NU Online
Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa baru saja memperingati hari lahir (harlah) ke-36, pada Senin (3/1/2022) kemarin. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) PSNU Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen menyampaikan berbagai harapan dan proyeksi ke depan, agar badan otonom (banom) NU ini dapat lebih meningkatkan kiprahnya. 

 

Salah satunya, Pagar Nusa akan menguatkan jaringan internasional. Caranya, melakukan konsolidasi jaringan di luar negeri melalui kerja sama dengan pengurus cabang istimewa (PCI) NU dan jaringan terkait lainnya. 

 

"Jadi, kita nanti gunakan pencak silat sebagai sarana dakwah dan diplomasi melalui budaya. Bahkan, belakangan ini banyak warga luar Indonesia yang minta diajari pencak silat Pagar Nusa. Ini yang akan kita kembangkan, kita kolaborasikan," kata Gus Nabil, sapaan akrabnya, kepada NU Online, Selasa (4/1/2022) pagi.

 

Ia memastikan bahwa penguatan jaringan Pagar Nusa akan terus dilakukan melalui banyak hal. Di antaranya dengan sistem komando dan sistem pelatihan. Gus Nabil mengaku akan menyiapkan transformasi organisasi dengan pendataan yang lebih rapi. Tujuannya untuk terus mampu mencetak pendekar-pendekar terbaik yang adaptif dengan perkembangan zaman. 

 

"Ada pendekar yang memang tugasnya mengawal spiritual, ada yang tugasnya mengawal pemetaan intelijen, ada yang memang harus tampil untuk mendorong organisasi secara solid dan koheren. Kita siapkan transformasi organisasi dengan sistem pendataan yang lebih rapi," ungkap pria yang juga Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu.

 

Namun yang pasti, santri jebolan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini menegaskan bahwa Pagar Nusa akan terus berkhidmah atau memberikan pelayanan untuk para kiai, nyai, pesantren, NU, dan Indonesia. 

 

"Kita satu komando untuk menjaga NKRI, dan membela para kiai (dan nyai) hingga titik darah penghabisan. Ini merupakan prinsip awal dari Pagar Nusa yang diwariskan dari para pendirinya," tegas pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, pada 25 Juli 1984 itu.

 

Latar belakang pementukan Pagar Nusa

Dikutip dari Ensiklopedia NU, Pagar Nusa dibentuk pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Setelah dibentuk, NU kemudian mengesahkan pendirian dan kepengurusan Pagar Nusa melalui Surat Keputusan tertanggal 9 Dzulhijjah 1406 atau 16 Juli 1986.

 

Pagar Nusa lahir berawal dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Padahal semula, pencak silat merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren. 

 

Surutnya pencak silat, antara lain ditandai dengan peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat yang mulai hilang. Kiai atau ulama pengasuh pesantren selalu melengkapi dirinya dengan pencak silat, terutama pada aspek tenaga dalam atau hikmah yang dipandu dengan bela diri. 

 

Di sisi lain, tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan segala keanekaragamannya berdasarkan segi agama, akidah, maupun kepercayaan. Perguruan-perguruan itu bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. 

 

Para ulama-pendekar merasa gelisah melihat kenyataan tersebut. Seorang pendekar dari Surabaya, H Suharbillah menceritakan masalah-masalah itu kepada KH Mustofa Bisri Rembang, Jawa Tengah. Mereka lalu menemui KH Agus Maksum Jauhari Lirboyo atau Gus Maksum yang dikenal sebagai tokoh ilmu bela diri. 

 

Lalu pada 27 September 1985, mereka berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Tujuannya untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat. 

 

Musyawarah itu dihadiri para tokoh pencak silat dari berbagai daerah seperti Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, Cirebon, dan Kalimantan. Kemudian terbitlah SK Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU yang disahkan pada 27 Rabiul Awal bertepatan dengan 10 Desember 1985, berlaku hingga 15 Januari 1986. 

 

Musyawarah berikutnya diadakan di Pesantren Lirboyo pada 3 Januari 1986. Kemudian disepakati sebuah susunan pengurus harian Jawa Timur. Inilah yang menjadi embrio pengurus pusat Pagar Nusa. Saat itu, Gus Maksum dipilih sebagai ketua umumnya. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan