Nasional

Haul KH A Mudjab Mahalli dan Spirit Kepenulisan

Sel, 25 Juni 2019 | 13:15 WIB

Haul KH A Mudjab Mahalli dan Spirit Kepenulisan

KH Ahmad Said Asrori.

Bantul, NU Online
Pengajian umum yang diselenggarakan pada Sabtu (22/6) malam lalu merupakan puncak rangkaian acara Haul XVI Al-Maghfurlah KH A Mudjab Mahalli dan Haflah Khatmil Qur’an Pesantren Al-Mahalli, Brajan, Wonokromo, Pleret Bantul DIY. Kegiatan menghadirkan pembicara KH Ahmad Said Asrori, Syuriyah PBNU.

Dalam paparannya, kiai yang juga pengasuh Pesantren Raudhatuth Thulab Magelang ini memberikan penegasan tentang urgensi acara haul sebagai salah satu upaya pengamalan perintah Nabi Saw. "Udzkuru mahasina mautakum. Kenanglah kebaikan-kebaikan orang yang telah wafat di antara kalian," katanya.

Secara spesifik, ia memberi penegasan tentang salah satu mahasin Al-Maghfurlah KH A Mudjab Mahalli semasa hayat, di mana selain mengasuh pesantren juga merupakan salah satu di antara sedikit ulama produk pesantren salaf yang menekuni dunia kepenulisan.

Hal yang sama disampaikan pula oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama DIY, H Edi Gunawan; di mana saat menyampaikan sambutan beliau sangat mengapresiasi ketokohan Al-Maghfurlah sebagai seorang penulis buku-buku keislaman yang sangat produktif. Sehingga, meski enam belas tahun sudah meninggalkan kita, namun karya-kaya beliau masih bisa kita nikmati hingga hari ini.

Semasa hidupnya, KH A Mudjab Mahalli adalah ulama yang cukup produktif menulis. Beberapa catatan berikut merupakan penanda, betapa ulama yang oleh banyak kalangan dijuluki sebagai Gus Dur-nya Jogja ini sedemikian konsisten mengabdikan sebagian besar waktu dan energinya di dunia kepenuliasan.

Pertama, bahwa hingga saat ini masih banyak ditemukan karya-karya beliau di toko-toko buku besar di seluruh tanah air, perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi maupun Kementerian Agama RI, baik yang menggunakan nama asli (A Mudjab Mahalli) maupun dengan ‘meminjam’ nama putra-putranya seperti Aba Firdaus Al-Halwani, Abu Ahmad Muhammad Naufal, Abu Iqbal Al-Mahalli, dan Abu Hadiyan Shafiyar Rahman. 

Kedua, produktivitas kepenulisan Kiai Mudjab Mahalli ini juga dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa baik S1, S2 maupun S3 yang menyusun paper, skripsi, tesis maupun disertasi dengan menjadikan buku-buku almarhum sebagai objek penelitian dan kajian.
 
Ketiga, Kementerian Agama, dalam hal ini Balitbang dan Diklat Kemenag RI, telah melakukan penelitian setidaknya dua kali terkait Al-Maghfurlah KH A Mudjab Mahalli dan karya-karyanya dalam bentuk buku. Pada tahun 2015 yang menyoroti tipologi karya-karya Kiai Mudjab Mahalli bersama ulama-ulama lain di DIY, dan tahun 2016 yang secara khusus mengkaji pemikiriannya dalam bidang pendidikan dengan menelaah karya-karya peninggalan beliau. 

Keempat, dari penelitian Balitbang dan Diklat Kemenag RI pada tahun 2015 ditemukan bahwa jumlah karya almarhum yang teridentivikasi adalah sebanyak 79 karya, sementara penelitian berikutnya yaitu tahun 2016 meningkat lebih dari dua kali lipat, yaitu 203 (dua ratus tiga) karya dalam bentuk buku maupun kitab. 

Itu sebabnya tidak mengherankan ketika dalam rangkaian haul kali ini, spirit literasi pendiri Pesantren Al-Mahalli ini memang begitu terasa. Tidak saja para pembicara dalam pengajian umum yang semuanya mengenang kiprah beliau di bidang kepenulisan, demikian pula diselenggarakannya bedah buku yang mengupas salah satu karya peninggalan beliau; akan tetapi forum temu alumni pun banyak membahas tentang dunia kepenulisan.

Di antaranya, perlunya menerbitkan ulang karya-karya peninggalan beliau, demikian pula upaya menerbitkan buku khusus yang membahas tentang perjalanan hidup beliau terutama terkait dengan dunia kepenulisan. Hal ini sebagai salah satu upaya mempertahankan tradisi literasi di Pesantren Al-Mahalli yang telah dirintis oleh sang Muassis, Al-Maghfurlah KH A Mudjab Mahalli. (A Choiran Marzuki/Kendi Setiawan)