Nasional

Hj Lily Wahid: Memulangkan Mantan Kombatan ISIS Manfaatnya Apa?

Ahad, 14 Juli 2019 | 11:30 WIB

Jakarta, NU Online

Pemuka Nahdlatul Ulama, Nyai Hj Lily Chadijah Wahid mempertanyakan rencana pemerintah untuk memulangkan mantan kombatan ISIS dari Suriah ke Indonesia.

Menurut adik kandung Gus Dur ini, hal tersebut tak cukup dilihat dari satu paradigma berpikir saja, namun harus dipikirkan secara menyeluruh. Sebab persoalan tersebut tidak hanya perkara teknis mengenai pemindahan sekelompok orang dari Suriah ke Indonesia. Akan tetapi, ada faktor yang lebih besar dari pada sekedar pemindahan, yakni adanya ancaman ideologi kekerasan yang berbahaya dan dapat menular pada masyarakat luas.

“Pertama, mereka jelas-jelas bergabung dengan ISIS dan meninggalkan ideologi Pancasila. Ini adalah bentuk separatisme. Yang kedua, coba kita pikir, apa manfaatnya mengembalikan mereka untuk kebaikan bangsa kita?” tanya Lily Wahid, Sabtu (6/11).

Nyai Lily Wahid secara tegas mengatakan bahwa tidak banyak manfaat dari pemulangan yang direncanakan pemerintah tersebut. Sebaliknya, pemerintah akan mengalokasikan dana yang tak sedikit untuk rencana itu beserta ‘turunannya’ untuk sesuatu yang 'tidak pasti'.

“Proses pemulangan sudah memakan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi proses-proses yang dibutuhkan untuk mensterilkan mereka dari ideologi itu juga butuh biaya besar. Dan ujung-ujung  belum tentu bisa dipastikan mereka Pro-Pancasila lagi,” tegasnya.

Cara berpikir dengan menimbang manfaat-madlorot di satu sisi sangat sesuai dengan cara berpikir ahlussunnah waljamaah yang mengedepankan untuk meninggalkan mafsadat, bahkan, dari pada mengambil sebuah manfaat. “Coba apa manfaatnya (membawa mereka kembali ke Indonesia)?” tanya Lily meragukan.

Ia mengatakan bahwa, kondisi saat ini merupakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh para mantan kombatan itu yang memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan bergabung dengan kelompok teror seperti ISIS.

Ia juga membantah klaim pendekatan humanistik atau kemanusiaan yang didorong untuk membawa mereka ke Indonesia sebagai klaim yang tidak lebih tepat dari pada pendekatan manfaat madlorot pada bangsa. “Saya kira pendekatan kemanusiaan juga harus diukur dengan manfaat-madlorotnya. Tidak bisa atas nama humanistik tapi membahayakan orang banyak,” kata dia.

Rencana pemulangan mantan kombatan ISIS sedang pemerintah sedang dibahas pemerintah. Menurut laporan BNPT, terdapat sekitar 120-an WNI di Suriah yang terdiri dari wanita dan anak-anak yang meminta dipulangkan ke tanah air. (Ahmad Rozali)