Nasional

Idul Fitri saat Pandemi, Gus Baha: Umat Islam Harus Ridha

Jum, 14 Mei 2021 | 04:00 WIB

Idul Fitri saat Pandemi, Gus Baha: Umat Islam Harus Ridha

Rais Syuriyah PBNU KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) saat berceramah di Masjid PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Rembang, NU Online

KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) mengungkapkan dalam syarah kitab Ihya Ulumuddin, terdapat redaksi yang mengatakan hari kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan telah dimaklumatkan oleh Allah di hadapan para malaikat yakni manusia (umat Islam) dinobatkan lagi sebagai penduduk surga. Maklumat ini kemudian dikenal dengan sebutan Idul Fitri.

 

Gus Baha kemudian menjelaskan hadist yang diriwayatkan para ulama (di antaranya) Imam Thabrani, pada saat malam Idul Fitri Allah telah memberi kabar gembira melalui malaikat yang diutus ke bumi untuk menyampaikan bahwa Allah telah ridha kepada umat Islam.

 

“Adapun berita gembira pada hari lebaran kata (Allah) kepada malaikat yakni umat islam sudah dimaafkan dan tidak akan dipermalukan kelak di akhirat. Selain itu dengan melakukan puasa Ramadhan dan menjalankan ibadah shalat (Idul Fitri) status mereka (umat Islam) telah diridhai Allah,” terang kiai asal Rembang, Jawa Tengah itu dalam program Shihab & Shihab bertajuk Ngaji bareng Gus Baha. Kamis (13/5)

 

Bagi umat Islam yang tidak menjalankan puasa Ramadhan atau tidak mengindahkan Ramadhan sebetulnya tidak punya kemenangan, karena tidak memiliki status yang perlu dibanggakan  pada saat Idul Fitri.

 

“Ini riwayat kitab yang menjadi inspirasi kami (umat Islam) dalam merayakan Idul Fitri,” kata Rais Syuriyah PBNU itu.

 

Selain itu, Gus Baha juga menyatakan orang yang menghidupkan malam Idul Fitri dengan takbiran maka sebagai ganjarannya, hati mereka tidak akan mati, disaat hati yang lain mati.

 

“Insya Allah kita dijamin punya hati yang ridha, peka, rahmat lil alamin sebagai hadiah dalam menerima kebenaraan,” kata Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA tersebut.

 

Idul Fitri di Tengah Pandemi

Dalam kesempatan tersebut, Gus Baha mengingatkan agar masyarakat bisa memaklumi keadaan hari ini, ketika pandemi membatasi tradisi Idul Fitri. Sejatinya, Idul Fitri adalah hari ketika Allah memaklumatkan dan disaksikan serta dipersaksikan para malikat bahwa kita (umat Islam) telah diampuni.

 

Umat Islam harus dilatih bahwa di antara ibadah tertinggi adalah ridha atas semua qadha dan qadar yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebab orang yang tidak ridha dengan semua ketentuan-Nya diancam agar tidak tinggal di bumi ini.

 

“Jadi, saat ini kita harus ridha dengan keadaan hari ini meskipun tetap ikhtiar untuk lebih baik lagi. Artinya apapun keputusan Allah kita terima dengan lapang dada sehingga kita jadi umat Islam yang tidak suka komplain,” pinta Gus Baha.

 

Pembatasan sosial yang terjadi seperti saat ini bisa jadi merupakan yang terbaik, misalnya dengan jarang bertemu akan membuat seseorang terkesan tetap menjadi baik, sebaliknya jika sering bertemu bisa jadi akan mengecewakan orang lain sebab setiap orang punya persepsi, harapan dan standar yang bersifat subjektif.

 

Gus Baha mengutip dawuh ulama yang menyatakan bahwa ketika kita suka terhadap seseorang jangan sering ketemu supaya tetap rindu dan tetap indah. Jadi selalu ada obat dalam Islam, kalau bisa bertemu diniati silaturahim, kalau belum ada kesempatan bertemu diniati potensi keburukan kita tidak menimpa orang lain.

 

“Misalnya ketika kita sedang tidak mood, kalau ketemu seseorang bawaannya sinis, muka ditekuk sebaiknya di kamar saja, dengan cara itu kita tidak menyakiti orang lain,”pungkasnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Aiz Luthfi