Nasional

Indonesia Butuh Pemimpin Tanpa Politik Kompromi Seperti Gus Dur

Sel, 25 Februari 2020 | 03:00 WIB

Indonesia Butuh Pemimpin Tanpa Politik Kompromi Seperti Gus Dur

Bedah buku 'menjerat Gus Dur' di IAIN Surakarta (Foto: NU Online/Ajie Najmuddin)

Sukoharjo, NU Online
Penulis buku 'Menjerat Gus Dur' Virdika Rizky Utama dalam pemaparannya pada acara bedah buku yang diadakan di Graha Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Senin (24/2) menerangkan sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kala menjadi Presiden RI.
 
"Gus Dur memerintah pada masa transisi, di mana dari pemerintahan otoriter ke arah demokrasi, dan pada masa itulah kondisi Indonesia masih rawan dalam hal demokrasi, dikarenakan banyaknya pendukung pemerintahan otoriter yang kurang terima atas runtuhnya pemerintahan otoriter khususnya ABRI dan PNS," ungkapnya.
 
"Mereka (kelompok poros tengah) mengira dengan menaikkan Gus Dur sebagai presiden, bisa menjadikannya boneka untuk meraih kepentingan mereka. Tapi ternyata jauh di luar dugaan, Gus Dur menolak untuk tunduk dan pada akhirnya Gus Dur diturunkan dengan fitnah-fitnah," ujar Virdika.
 
Lebih lanjut dikatakan Virdika, bangsa Indonesia memang membutuhkan pemimpin yang tidak mengenal politik kompromi dan terbebas dari desakan atau beban golongan seperti Gus Dur. 
 
Hal serupa dipaparkan narasumber lainnya, Dosen dan Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo Aksin Wijaya. 
 
Menurut Aksin, andaikata Gus Dur mau berkompromi kepada kekuatan oligarki dan kepentingan politik, mungkin Gus Dur tetap akan menjadi Presiden hingga akhir jabatannya. 
 
Akan tetapi, Gus Dur menghiraukan tuntutan itu dan tidak mau mempertaruhkan demokrasi hanya untuk mempertahankan jabatan, yang pada akhirnya Gus Dur diturunkan dari jabatannya.
 
"Maka dari itu buku ini bukan hanya membuka sejarah, namun juga (teladan dari Gus Dur) untuk masa depan dan untuk demokrasi Indonesia yang lebih baik," terang Aksin.
 
Ditambahkan dia, buku 'Menjerat Gus Dur' ini lahir pada momen yang tepat di masa elektronik yang dapat dengan cepat menjadi hal yang fenomenal dan viral, ditambah dengan isi buku tersebut yang bersifat historis, yang mana sejarah Indonesia perlu mendapatkan klarifikasi terperinci dengan penelitian intensif.

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Surakarta Nurul Ahmad, sebagai penyelenggara kegiatan bertema 'Refleksi Kritis Sistem Demokrasi Negeri' menyampaikan, kegiatan bedah buku ini dimaksudkan untuk memaparkan fakta-fakta sejarah kepada generasi milenial, terutama dalam pelengseran Presiden Gus Dur.
 
"Bukan untuk balas dendam, tapi agar kita tidak diwarisi awan gelap masa lalu dan merefleksikan sejarah untuk masa depan", imbuhnya. 

Rektor IAIN Surakarta Prof H Mudofir dalam sambutannya menilai sosok Gus Dur sebagai tokoh yang banyak dikagumi, baik oleh orang Indonesia maupun Luar Negeri.
 
"Mereka juga mengagumi kehebatan Gus Dur dengan kelakarnya yang selalu mengandung unsur filosofi serta cara bicaranya yang mudah diterima dengan baik tanpa menyinggung siapapun yang mendengar atau membaca pernyataannya. Sayang sekali, pada akhirnya ia harus diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya, yang merupakan salah satu dari kelamnya politik Indonesia," paparnya.
 
Kontributor: Ajie Najmuddin
Editor: Abdul Muiz