Nasional

Ingat Makam Rasulullah, Harusnya Juga Ingat Makam Mbah Wahab

Sen, 15 Juli 2019 | 03:00 WIB

Ingat Makam Rasulullah, Harusnya Juga Ingat Makam Mbah Wahab

Makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi, Madinah.

Jombang, NU Online
Kaum Muslimin hingga kini dengan sangat leluasa bisa berziarah ke makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi, Madinah. Demikian pula pemakanan para sahabat, terjaga dengan baik. Padahal saat awal berkuasa, Raja Faishal yang menguasai Saudi Arabia akan menggusur sejumlah petilasan tersebut.

“Bagi mereka yang rindu ziarah kepada Rasulullah SAW, mungkin sekarang atau sampai kapan pun tidak akan pernah bisa ziarah bila tidak ada peran KH Abdul Wahab Hasbullah atau Mbah Kiai Wahab,” kata KH Marzuki Mustamar, Ahad (14/7).

Penegasan ini disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini saat memberikan sambutan pada Haul ke-48 KH Abdul Wahab Hasbullah. Kegiatan dipusatkan di halaman Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambahberas, Jombang.

Menurut Kiai Marzuki, siapa saja yang sampai saat ini bisa ziarah ke makan Rasulullah, adalah berkat jasa dari Mbah Kiai Wahab. “Siapa saja yang haji maupun umrah dan bisa ziarah ke makam Rasulullah di Madinah karena jasa Mbah Kiai Wahab,” jelasnya.

Bagi Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang tersebut, bila tidak ada lobi dari Komite Hijaz yang dipimpin Mbah Kiai Wahab, maka makam Rasullah tinggal kenangan.

“Mbah Kiai Wahab lewat Komite Hijaz yang mendesak pemerintah Saudi Arabia untuk mengurungkan pembongkaran makam Nabi Muhammad,” tegasnya. Kalau kemudian makam tersebut dibongkar, lantas mau ziarah ke mana, lanjutnya.

Oleh sebab itu, kepada para pecinta ziarah ke sejumlah makam baik para wali dan pendiri Nahdlatul Ulama, untuk juga melakukan ziarah ke makam Mbah Kiai Wahab. “Bagaimana mungkin mereka yang gemar ziarah ke makam wali dan pendiri NU kemudian tidak berziarah kepada makam Mbah Kiai Wahab,” sergahnya.  Dalam pandangannya, hal tersebut harus diluruskan.

Bagi Kiai Marzuki, KH Abdul Wahab Hasbullah adalah sosok yang luar biasa. Sudah teruji dalam diplomasi internasional, apalagi kiprah dalam negeri. Lahirnya sejumlah peristiwa penting di Indonesia adalah berkat perannya.

“Lagu Syubbanul Wathan yang dinyanyikan setiap saat menginspirasi bagi lahirnya Sumpah Pemuda,” kata dosen di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut.

Di hadapan jamaah haul yang memadati halaman pesantren, Kiai Marzuki juga bercerita kecerdasan dari Kiai Wahab. Bahwa suatu ketika pada kegiatan bahtsul masail ada kiai yang sangat hati-hati dengan bunga bank yang dipandang sebagai riba. 

Namun Kiai Wahab tidak mendebat dalil yang mengharamkan bunga bank dan masuk kategori riba. Justru saat itu meminta kepada peserta bahtsul masail untuk meminjam uang. Kala uang diberikan, spontan Kiai Wahab menolak karena pada uang tersebut tertulis Bank Indonesia. 

“Wah, maaf ini ada tulisan bank-nya. Jadi haram,” ungkap Kiai Marzuki yang disambut tawa hadirin. Kecerdasan inilah yang demikian melekat pada diri Kiai Wahab, sehingga dengan mudah diterima berbagai kalangan.  

Haul ke-48 menghadirkan Rais Aam KH Miftachul Akhyar dan KH M Ghafur Maimoen dari Sarang sebagai penceramah. (Ibnu Nawawi)