Nasional

Ini 2 Alasan Pengamat Tolak Pernyataan Mensos Soal Kemiskinan Akar Terorisme

Ahad, 1 Desember 2019 | 02:45 WIB

Ini 2 Alasan Pengamat Tolak Pernyataan Mensos Soal Kemiskinan Akar Terorisme

Ilustrasi: (NU Online)

Jakarta, NU Online
Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Shalahuddin menilai keliru pernyataan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara yang menyebut kemiskinan sebagai akar dari radikalisme dan terorisme.

Shalahuddin membantah pernyataan Mensos setidaknya berdasarkan dua hal. Pertama, keberadaan teroris tidak sebanyak jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Ia mengatakan berdasarkan data BPS per Maret 2019 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 25,14 juta jiwa atau  9,41 persen dari total 260 juta penduduk Indonesia.

"Kalau kemiskinan jadi penyebab terorisme, harusnya teroris di Indonesia sangat banyak. Ada 25,14 juta penduduk Indonesia yang miskin. Buktinya yang jadi teroris baik itu mantan maupun terpidana teroris dari 2002 hingga 2019 hanya sekitar 2500-an orang," kata Shalahuddin kepada NU Online, Ahad (1/12).

Kedua, lanjut Shalahuddin, ketidaktepatan pernyataan Mensos dapat dilihat dari latar belakang sosial ekonomi para teroris yang beragam, yaitu tidak hanya orang-orang miskin, tetapi juga orang-orang kaya.

"Lihat siapa orang-orang yang hijrah ke Syria gabung ISIS sama deportan ISIS mayoritas dari kelas menengah dan menengah atas. Hanya orang yang punya duit cukup yang bisa hijrah," jelasnya.

Baginya, mengutip Ilmiwan Politik dari Irlandia, Louis Mary Richardson, terdapat tiga hal yang menyebabkan lahirnya terorisme. Pertama, orang-orang yang kecewa. Ia mengatakan, kekecewaan tidak hanya dimiliki oleh orang miskin, tetapi juga orang kaya, dan sumber kekecewaan itu tidak tunggal. Kedua, kelompok yang bisa memfasilitasi dan mengorganisir orang-orang yang kecewa. Ketiga, ideologi yang membenarkan aksi terorisme.

"Tiga faktor itu saling berinteraksi dan membentuk ingredient terrorisme. Kalau tidak saling berinteraksi, ke tiga faktor itu gak bisa melahirkan terorisme. Contoh, orang yang kecewa kalau gak ada yang memobilasi dan tidak ada ajaran yang bisa membenarkan kekerasan sebagai jalan buat dia keluar dari kekecewaannya, ya gak akan jadi terorisme," jelasnya.

Sebelumnya, Mensos menyatakan bahwa cara ampuh dalam memberantas radikalisme dan terorisme di Indonesia adalah dengan memerangi kemiskinan. Dalam upaya memerangi kemiskinan, ia sangat berharap pada program nasional Kemensos, yaitu Program Keluarga Harapan (PKH).
 
 
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Alhafiz Kurniawan