Nasional

Ini Analisis Pengamat, Konflik Rusia-Ukraina Bisa Mengarah ke Perang Dunia Ketiga

Jum, 25 Februari 2022 | 11:05 WIB

Ini Analisis Pengamat, Konflik Rusia-Ukraina Bisa Mengarah ke Perang Dunia Ketiga

Pengamat Pertahanan dan Militer Robi Sugara. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 
Pengamat Pertahanan dan Militer Robi Sugara mengatakan, skenario terburuk dari serangan militer Rusia ke Ukraina bisa memicu perang dunia ketiga. Perlu pihak yang netral untuk menengahi dan menghentikan perang.


“Perang Ukraina bisa mengarah ke perang dunia ketiga. Jadi, dunia harus mempersiapkan pencegahannya,” kata Robi kepada NU Online, Jumat (25/2/2022).


Menurut Dosen Pengkajian Strategis Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, ada tiga hal serangan militer Rusia yang bisa menyebabkan perang dunia ketiga benar-benar terjadi. 


“Pertama, Rusia tidak berhenti melakukan serangan militer dan mengirimkan pasukan angkatan daratnya ke Ukraina. Kedua, negara-negara sekutu seperti Amerika Serikat menekan Rusia untuk menghentikan serangan dan menarik mundur pasukannya sehingga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia,” terangnya.


“Dan ketiga, reaksi dari negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang dengan Rusia akibat dari sanksi ekonomi nanti,” sambung Robi.


Dijelaskannya, jika sanksi ekonomi berhasil dilakukan ke Rusia, akan terjadi polarisasi dukungan antara kubu pro dan kontra terhadap sanksi ekonomi. 


“Mereka yang tetap berdagang dengan Rusia, akan disebut sebagai negara-negara pendukung pada invasi Rusia ke Ukraina dan secara otomatis menjadi musuh dari Amerika dan negara-negara Barat,” jelas dia.


Robi juga mengungkapkan, saat ini Rusia hanya menunggu negara aliansi yang tergabung dalam Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) di antaranya Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, Azerbaijan, Georgia dan Belarus untuk menyerukan dukungan kepada tindakan militernya. 


“Jika Iran dan Suriah, disusul China melakukan dukungan atas tindakan Rusia, maka perang dunia benar-benar akan terjadi dan dimulai kembali di Kawasan Eropa seperti perang dunia sebelumnya,” ucapnya.


Iran dan Suriah, lanjut dia, bisa mendukung tindakan Rusia sebagai balas budi atas jasa yang dilakukan Rusia dalam membantu perang di Suriah.


“Sementara China, bisa berpikir seperti Rusia dimana Amerika dan negara-negara Barat akan memperlakukan China di Asia Pasifik terhadap konflik laut China Selatan, Taiwan dan Hongkong sama seperti memperlakukan Ukraina,” kata Robi.


Akan tetapi, tambah Robi, dunia internasional berharap bukan itu skenarionya. Para pemimpin dunia, termasuk Rusia mampu menahan diri sehingga terjadi perundingan dengan ditandai gencatan senjata. 


“Solusi terbaik meski bakalan rumit adalah Rusia menghentikan serangan militernya dan NATO menarik mundur pasukannya di perbatasan Ukraina,” imbuh dia.


Sebagai informasi, pada Kamis (24/2/2022), melalui pidatonya, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan operasi militer khusus terhadap Ukraina. Sejumlah wilayah menjadi sasaran serangan Rusia. Rudal-rudal Rusia menghujani kota-kota Ukraina.


Ukraina melaporkan iring-iringan pasukan melintasi perbatasannya ke arah timur wilayah Chernihiv, Kharkiv, dan Luhansk. Pasukan Rusia lainnya tiba dari laut di Odessa dan Mariupol di bagian selatan.


Suara-suara ledakan terdengar sebelum dini hari di Kiev. Baku tembak terjadi di dekat pelabuhan utama dan suara sirene meraung di kota itu.


Dalam video streaming yang dipublikasikan Reuters, tampak jalanan macet parah akibat warga Kiev yang hendak meninggalkan ibu kota negara itu. 


Tampak pula sejumlah warga meninggalkan kota mencari lokasi yang dianggap aman. Sementara itu, lalu lintas penerbangan komersil untuk sementara ditutup di negara itu.


Pasca penyerangan hari pertama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutkan, 137 warga Ukraina tewas setelah negaranya diserang besar-besaran dari pasukan Rusia.


"Hari ini kami telah kehilangan 137 pahlawan kami, warga negara kami. Militer dan sipil," kata Zelensky dalam video rekamannya, dikutip NU Online dari AFP.


Sementara itu, dia menambahkan bahwa 316 orang lainnya terluka dalam operasi militer Rusia. 


Presiden Zelensky telah memanggil wajib militer dan pasukan cadangan nasional untuk berperang dalam mobilisasi umum. Dia mengatakan sekarang ada "tirai besi baru" antara Rusia dan seluruh dunia, seperti dalam Perang Dingin. 


Dikatakan pula, pasukan Rusia juga telah merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, daerah yang masih sangat terkontaminasi dengan bahan radioaktif setelah kecelakaan 1986 yang menghancurkan, mendorong pengawas nuklir IAEA untuk menyerukan penahanan.


Selain itu, saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa pasukan terjun payung Rusia merebut kendali lapangan udara strategis Gostomel, di pinggiran barat laut Kiev, setelah menukik dengan helikopter dan jet dari arah Belarus.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syamsul Arifin