Nasional

Ini Harapan Penyandang Disabilitas di HUT Ke-77 RI

Sen, 15 Agustus 2022 | 14:45 WIB

Ini Harapan Penyandang Disabilitas di HUT Ke-77 RI

Ini Harapan Penyandang Disabilitas di HUT Ke-77 RI.

Kudus, NU Online
Pada tahun ini Indonesia telah memasuki usia kemerdekaan ke-77 tahun. Banyak harapan dan keinginan dari segenap warga Indonesia, termasuk para penyandang disabilitas yang merasa ingin lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah.

 

Salah satu aktivis disabilitas Rembang, Saras mengungkapkan keinginannya agar pemerintah semakin ramah kepada segala elemen masyarakat termasuk kaum disabilitas.


“Karena sebenarnya dengan mengisi harmonisasi antara disabilitas dan non disabilitas itu bisa menumbuhkan sikap saling menghargai,” papar difabel tuna daksa, saat dihubungi NU Online Senin (15/8/2022).

 

Tidak hanya itu, Saras juga berharap masyarakat non disabilitas dapat memberi ruang dan sikap yang lebih inklusif. Karena keadaan yang dimiliki menjadikan para difabel sadar diri sehingga terbatas untuk melakukan sesuatu.

 

“Kami sering berpikir takut tidak mendapatkan respon yang baik. Bagaimana kami mau bergaul dengan mereka ketika lirikan mereka masih sebelah mata,” jelasnya.

 

Ia berharap pemerintah dan masyarakat luas mampu memberikan kesempatan dan ruang kepada penyandang disabilitas yang juga seorang warga negara Indonesia dan berhak mendapatkan pekerjaan yang sama, pembelajaran yang sama, dan lain sebagainya.

 

“Pandangan orang ketika melihat penyandang disabilitas dianggap tidak mampu melakukan apa-apa karena untuk mengurusi dirinya sendiri saja sudah kerepotan. Padahal banyak penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan sama dengan non disabilitas. Tapi ketika kesempatan dan ruang itu dibatasi maka kesempatan itu tidak ada dan kembali lagi para difabel merasa terhakimi oleh stigma masyarakat,” ujar Saras.

 

Sejalan dengan hal tersebut, seorang aktivis disabilitas Rembang lainnya, Inayah juga menuturkan bahwa sebagai warga negara Indonesia seorang difabel juga memiliki hak yang sama untuk turut andil dalam pembangunan.

 

“Sikap dan perlakuan kami yang berusaha sopan santun dan senyum ketika bertemu orang yang dikenal adalah sebagai tanda sapaan bahwa difabel juga merupakan manusia yang ada dan ingin dibutuhkan orang lain,” jelas difabel tuna daksa itu.

 

Ia juga berharap agar para penyandang disabilitas lainnya tetap percaya diri dan dapat berjuang dan bangkit dari keterpurukan juga rasa minder.

 

Dihubungi pada waktu yang sama, Agung yang juga seorang difabel mengungkapkan keinginannya agar kemerdekaan Republik Indonesia setara dengan penghargaan dan apresiasi kepada penyandang disabilitas.

 

“Khususnya kepada penyandang tuna rungu seperti kami yang menginginkan ratanya penggunaan bahasa isyarat Indonesia untuk orang-orang yang tidak mampu mendengar,” jelasnya.

 

Ia menuturkan bahwa tuna rungu juga tidak mampu membaca gerak bibir orang untuk mendengar apa yang dibicarakan. Sehingga penggunaan bahasa isyarat Indonesia akan sangat praktis jika bisa diterapkan.

 

“Akan menjadi jembatan komunikasi antara penyandang tuna rungu dan non tuna rungu. Karena juga orang seperti kami kalau berbicara kurang jelas atau cadel. Sehingga itu akan sangat efektif,” paparnya.

 

Meskipun kadang tidak paham, ia mengaku biasanya hanya membaca gerak bibir orang lain untuk mendengar apa yang dibicarakan, dan ketika mau berbicara harus lewat tulisan agar orang lain mengerti.

 

“Semoga kami diberikan layanan yang baik untuk berkomunikasi dan diberikan kesempatan dalam berbagai bidang,” pungkasnya.

 

Kontributor: Afina Izzati
Editor: Aiz Luthfi