Ini Ibadah yang Bisa Dilakukan Perempuan Haid dan Nifas pada 10 Malam Terakhir Ramadhan
NU Online · Kamis, 20 Maret 2025 | 21:30 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Anggota Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Nyai Hj Atika Anwar Iskandar (Ning Atika) menyampaikan bahwa perempuan yang sedang haid dan nifas dapat melakukan ibadah, selain puasa dan shalat, pada 10 malam terakhir Ramadhan.
Ning Atika mengatakan, jika perempuan yang sedang haid atau nifas dan menerima kondisi tersebut, maka sudah tercatat mendapatkan pahala karena menjalankan perintah Allah.
“Jadi ibadah jadi kalau orang haid atau orang nifas menerima, ridha akan takdirnya Allah bahwa dia sedang haid itu sudah menjadi suatu pahala. Perintah Allah adalah meninggalkan shalat ketika dia haid dan nifas, maka ketika dia meninggalkan shalat karena menjalankan perintah Allah swt itu sudah mendapatkan pahala,” ujar Ning Atika dalam Dialog Interaktif #10 yang disiarkan secara langsung melalui Instagram NU Online, pada Rabu (19/3/2025) malam.
Lebih lanjut, Ning Atika menjelaskan bahwa Lailatul Qadar dapat dicari, salah satunya dengan memperbanyak zikir. Kegiatan berzikir yang bisa dilakukan perempuan yang sedang haid dan nifas adalah membaca kalimat thayyibah.
“Berzikir ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang sedang haid atau nifas. Berzikir bisa dengan membaca kalimat thayyibah seperti bismillah, ta’awudz, tasbih, takbir, tahlil. Itu boleh dilakukan oleh orang-orang sedang haid,” katanya.
“Ketika kita haid dan mau tidur, lalu kita mengingat-ingat nikmat apa saja yang diberikan Allah kepada kita seharian ini misalnya, 'alhamdulillah seharian tadi ini saya masih diberikan sehat', ini juga masuk ke dalam berzikir juga,” lanjutnya.
Ustadzah di Pondok Pesantren Assa’idiyyah Jamsaren, Kediri, Jawa Timur itu menyampaikan bahwa perempuan ketika sudah berumah tangga, maka ibadah yang dapat dilakukan lebih banyak di antaranya menyiapkan makan sahur dan berbuka untuk keluarga, serta merawat anaknya.
“Kalau dia sudah berumah tangga, masak untuk sahur dan berbuka untuk suami dan keluarga itu sudah pahala, menyapu, setrika baju yang diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah. Itu pahalanya sudah luar biasa,” ucapnya.
“Dia nifas, punya bayi, dan dia menyusui bayinya kemudian merawat bayinya dengan baik sebagai bentuk amanah dari Allah, merawat titipannya itu juga pahala yang besar,” tambahnya.
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua