Nasional

Inspiratif, Tradisi Kirim Fatihah sebelum Shalat Jumat di Palembang

Jum, 4 Maret 2022 | 16:09 WIB

Inspiratif, Tradisi Kirim Fatihah sebelum Shalat Jumat di Palembang

Kunjungan Gubernur Sumsel H Herman Deru ke Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. (Foto: Ist.)

Palembang, NU Online
Lantunan ayat Qur’an sayup terdengar dari sebuah masjid di Komplek Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan. Sesaat sebelum masuk waktu shalat Jumat, suara itu berhenti dan sejurus kemudian pengurus masjid berdiri di samping mimbar. Beberapa informasi disampaikannya, layaknya tradisi masjid lain di Nusantara.


Dari sekian informasi yang disampaikan pengurus masjid itu, ada yang mencuri perhatian NU Online yakni tentang informasi permohonan kepada jamaah untuk mengirimkan hadiah fatihah kepada arwah para leluhur. Pengurus masjid membacakan nama-nama almarhum dan almarhumah yang merupakan amanat dari beberapa warga untuk dikirimi fatihah.


Tradisi ini sangat unik sekaligus inspiratif. Tradisi ini pun semakin mencirikan masjid Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Nusantara di samping tradisi lainnya seperti memukul bedug dan kentongan sebelum adzan dan berdirinya bilal di antara dua adzan untuk mengingatkan jamaah agar tidak ngobrol saat khatib naik mimbar.


Mengirim fatihah dan doa memang menjadi tradisi yang melekat di Indonesia. Namun tidak semua masjid menyampaikannya sebelum pelaksanaan khatib naik mimbar Jumat. Ini menjadi tradisi yang sangat baik terlebih mendoakan para leluhur di hari mulia, hari Jumat. Bukan hanya kiriman fatihah, umat Islam yang meminta agar kerabatnya dikirimi fatihah juga memberikan sedekah yang hadiahnya juga dikirimkan untuk para arwah tersebut.


“Memang banyak masjid di Palembang yang memiliki tradisi ini. Di samping tradisi-tradisi amaliah Aswaja yang tetap terjaga di Sumatera Selatan,” kata Imam Khoiri salah satu peserta halaqah dan peringatan Harlah Ke-99 NU yang dipusatkan di Jakabaring Sport City, Palembang, Jumat (4/3/2022).


Ia pun memberi contoh lain amaliah-amaliah NU yang dilaksanakan di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin di mana ia beserta rekannya melakukan shalat Jumat pada Jumat (4/3/2022). Walaupun berada di pusat kota Palembang, nuansa kesejukan amaliah NU sangat terasa seperti dzikir berjamaah setelah shalat rawatib dan bacaan-bacaan Al-Qur’an di dalam masjid oleh para jamaah yang menunggu waktu shalat selanjutnya.


Tradisi kirim fatihah untuk arwah ini juga dilakukan di masjid sejarah dan kebanggaan warga Palembang ini. Tradisi ini menurut khoiri sangat baik dan bisa dicontoh oleh umat Islam lainnya di seluruh penjuru Nusantara. “Momentum kirim Fatihah sebelum khatib naik mimbar ini saya kira efektif dan efesien karena dalam satu waktu para jamaah yang berjumlah banyak bisa berdoa bersama untuk para leluhur,” katanya.


Kalau harus mendatangkan jamaah dengan jumlah banyak ke rumah, bisa dipastikan membutuhkan berbagai persiapan yang matang mulai dari waktu, tempat, dan juga biaya. Cukup komunikasi dengan pengurus masjid, maka para leluhur umat Islam akan segera mendapatkan kiriman doa yang akan menyejukkan kehidupan mereka di alam barzah.


Tentang mengirim Fatihah
Dalam kitab Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah,  Syekh Ali Ma’shum menukil penjelasan Ibnu Taimiyah, yang menyatakan: “Sesungguhnya orang yang telah meninggal dunia mendapatkan manfaat dari bacaan al-Qur’an, sebagaimana manfaat yang diperolehnya dari ibadah maliyah (yang berkaitan dengan harta) seperti sedekah".


Ibnu Qoyyum dalam kitab Ar-Ruh juga menyatakan bahwa hadiah yang paling utama diberikan kepada mayyit atau orang yang telah meninggal dunia adalah sedekah, bacaan istighfar dan doa, serta ibadah haji untuknya. Dinyatakan juga bahwa bacaan surat Al-Fatihah dan ayat-ayat Al-Qur’an yang dihadiahkan akan sampai pahalanya kepada orang yang sudah meninggal tersebut.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan