Tangsel, NU Online
Integritas diri siswa idealnya lahir dari keluarga inti. Yakni, keluarga yang terdiri dari suami, istri dan para buah hati. Integritas yang paling mendasar seperti kejujuran dan amanah sangat mungkin dari lingkungan keluarga kecil ini.
Hal tersebut dikatakan Kepala Balitbang Diklat Kemenag Abdurrahman Mas’ud saat didaulat membuka resmi seminar hasil penelitian Survei Integritas Siswa di Lembaga Pendidikan yang dihelat di hotel Santika Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (21/9).
“Dari keluarga, merupakan salah satu cara membangun amanah dengan cara harus jujur. Kala keluarga inti berbuat demikian, maka semua anggota keluarga akan mengambil sikap yang sama,” ujar Mas’ud.
Pria asli Kudus ini mencontohkan anak-anaknya yang memiliki integritas baik. Kejujuran mereka terpupuk sejak kanak-kanak.
“Anak bungsu saya pakai kaca mata itu bukan karena rajin membaca. Tapi karena suka main games. Dia pun jujur," katanya.
Integritas sang anak, tumbuh bukan karena pendidikan yang diajarkan secara keras. Namun, dengan pendekatan dan kelembutan, berbasis pada sudut pandang anak.
"Saya pernah menasihati, rupanya dia punya jawaban yang membuat saya terdiam. Masing-masing ada masanya," tuturnya menirukan sang anak.
Menurut bungsunya itu, ada masa ketika kanak-kanak untuk bermmain. Maka dia sangat menikmati permainan tersebut. Orang tua tentu tidak bisa memaksakan anak-anaknya untuk rajin membaca.
"Jika mereka tidak memiliki semangat membaca, rasa ingin tahu, dan jiwa meneliti, tentu kita kesulitan memaksa mereka. Kita hanya bisa memberikan contoh saja," tandasnya.
Kepala Puslitbang Penda Amsal Bakhtiar dalam laporannya mengatakan, survei integritas siswa sebenarnya juga dilaksanakan pada 2017. Namun, saat itu sasaran survei sebatas siswa sekolah menengah atas (SMA). “Untuk tahun 2018 ini juga menyasar ke madrasah,” jelas Amsal.
Karena sasaran survei di 34 provinsi, lanjut Amsal, maka penelitian tersebut melibatkan empat unit penelitian, yakni Puslitbang Penda yang ia pimpin, ditambah tiga Balai Litbang Agama di lingkungan Balitbang Diklat, yakni BLA Jakarta, Semarang dan Makassar.
Seminar dijadwalkan dua hari, Jumat-Sabtu, 21-22 September 2018, menghadirkan dua narasumber, yakni Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dede Rosyada.
Hadir dalam acara tersebut, sejumlah peneliti Puslitbang Penda dan para undangan dari kalangan guru, pengawas, akademisi, dan perwakilan Ditjen Pendis Kemenag dan sejumlah ormas keagamaan. (Musthofa Asrori/Kendi Setiawan)