Nasional

Intensitas Hujan Masih Tinggi, Kenali Tanda DBD dan Pentingnya Deteksi Dini 

Rab, 24 April 2024 | 17:00 WIB

Intensitas Hujan Masih Tinggi, Kenali Tanda DBD dan Pentingnya Deteksi Dini 

Ilustrasi nyamuk demam berdarah DBD. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online 

Intensitas hujan masih tinggi. Akibat di antaranya ialah merebaknya penyakit demam berdarah. Di antara tandanya ialah muncul bintik-bintik di kulit. Bintik merah menjadi salah satu ciri-ciri demam berdarah dengue (DBD) yang sangat khas.

 

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Gejala DBD sering dimulai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta ruam merah yang dapat terjadi di seluruh tubuh. 


Dokter RSUD Kajen Pekalongan, Rosalia Kusuma Dewi mengatakan, bintik demam berdarah berbeda dengan biang keringat. Bintik merah DBD serupa petechiae. Petechiae (petekie) adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bintikbintik kecil berwarna merah atau ungu pada kulit, terutama di lengan, kaki, perut, dan kaki. 


“Virus dangue ini menurunkan kadar trombosit dalam darah, keping darah yang berfungsi melakukan pembekuan darah semakin sedikit sehingga muncul perdarahan di kulit. Bentuk bintik merah biasanya sampai 2 mm. Jadi kecil banget, bisa berada di tangan, kaki, atau perut,” kata Dokter Sela, sapaan akrabnya kepada NU Online, Rabu (24/4/2024).


Adapun cara membedakan bintik merah akibat DBD dengan penyakit lain, menurut dr Sela, lakukan penekanan dengan jari jika bintik merah tidak berubah warna patut dicurigai sebagai tanda DBD. Sementara jika gatal karena biang keringat atau lainnnya maka ketika diusap akan berubah warna menjadi pucat atau putih. 


“Petechiae juga muncul di pergelangan tangan bukan lipatan. Bintik merah karena DBD akan terlihat jelas,” imbuh pengurus NU Medical Student Associaton (NUMSA) itu.


Dia mengungkapkan, selain bintik merah tanda lain yang harus diwaspadai yakni demam tinggi pada pasien sehingga perlu dilakukan pengecekan berkala. Pada kasus DBD, demam tinggi berkisar pada suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari.


“Jadi kalau ada anak kecil di rumah maka orang tua harus punya termometer untuk mengukur suhu anak jika terjadi demam. Demam tinggi akibat DBD terjadi terus menerus berbeda dengan penderita tifus, demam muncul secara perlahan dan naik turun suhu badannya,” ucap Dokter Sela.


Ciri lain yakni gusi berdarah, mimisan, dan muncul bintik kecil warna merah atau ungu, perut sakit, sesak nafas, kesulitan berbicara itu yang bahaya. Ketika menemukan tanda DBD terutama demam tinggi orang tua perlu waspada.


“Demam hari pertama dan kedua silakan bisa diberikan paracetamol, pergi ke dokter. Paracetamol biasanya diberikan dengan jarak 4 jam sekali sebab jika panas terjadi pada anak-anak apalagi umur 6 tahun ke bawah akan terjadi kejang,” jelasnya. 


Jika demam tak kunjung turun selama tiga hari, ungkap dr.Sela maka perlu cek darah rutin untuk mengukur apakah trombositnya turun atau naik. Jika trombosit menurun akan dievaluasi oleh dokter apakah wajib rawat inap atau rawat jalan. 


Apabila kadar hemotokritnya meningkat lebih dari 50 persen maka dokter akan meminta pasien untuk dirawat inap dan dievaluasi atau pemeriksaan darah setiap hari. Jika hasilnya bagus, trombositnya tidak turun, hemotokritnya normal maka pasien bisa rawat jalan.


“Demam itu dihitungnya per 3x24 jam. Jadi kalau demam mulai sore maka 1x24 jam hingga sorenya lagi baru dianggap hari pertama dan seterusnya, hari ke 3 harus cek darah secara rutin,” jelas dokter lulusan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto itu.


Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjelaskan, perubahan iklim menjadi penyebab kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2024. Kemenkes mencatat pada 1 April 2024, kasus DBD sepanjang tahun 2024 telah mencapai 46.148 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 350 orang meninggal dunia.